Meneladani Habibie #2
Oleh : Keisya Fatina Fatia Nedyani
MENGENANG BAPAK BACHRUDDIN JUSUF HABIBIE
Mengenai biografi tentang Bapak Bachruddin Jusuf Habibie, presiden Republik Indonesia yang ke-3 yang saya ketahui ialah beliau pernah menjabat sebagai wakil presiden pada saat presiden Soeharto menjabat sebagai presiden Republik Indonesia yang ke-2 setelah Ir. Soekarno. Lalu, saat presiden Soeharto menjabat, banyak sekali kekacauan yang ada pada negara ini dan akhirnya ia diturunkan paksa oleh rakyat Indonesia. Setelah Soeharto turun jabatan pada tanggal 21 Mei 1998, ia digantikan oleh bapak Bachruddin Jusuf Habibie yang tadinya wakil presiden berganti pangkat menjadi presiden Republik Indonesia.
Bapak Bachruddin Jusuf Habibie ialah sosok yang sangat cerdas, bapak teknologi dari Indonesia yang karya pemikirannya di akui oleh dunia luar. Beliau lahir di Pare-pare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936. Beliau kuliah S1 di ITB (Institut Teknologi Bandung) yang dulunya Universitas Indonesia Bandung, lalu mendapat beasiswa di Jerman. Di jerman, beliau mendapatkan gelar kehormatan karena jasanya yang menemukan pesawat terbang pertama kali dari negara Indoneisa. Dulu juga, beliau pernah ditawari untuk menjadi warga negara Jerman yang sesungguhnya. Tapi, beliau tidak mau. Karena cinta tanah airnya, maka beliau kembali ke Indonesia dengan membawa segala ilmu yang dia punya.
Jujur saja, saya belum pernah bertemu beliau. Tapi ketika saya membaca kata-kata motivasi beliau, perjuangan beliau, rasa cinta dan sayang beliau kepada mendiang istrinya yaitu ibu Ainun, saya merasa tersentuh. Cerdas, memiliki hati yang baik, menjadi motivator banyak orang, inilah bapak tercinta kita Bachruddin Jusuf Habibie. Kesetiaan beliau terhadap Ibu Ainun tidak diragukan lagi. Pengabdian beliau kepada bangsa Indonesia ini sungguh luar biasa. Apa yang diberikan oleh beliau, ada dampaknya untuk negara ini.
Kata-kata beliau yang selalu saya ingat, yaitu: “Dimanapun engkau berada, selalulah menjadi yang terbaik dan berikan yang terbaik dari yang bisa kau berikan.” Sekarang, beliau sudah wafat. Kesedihan cukup saya rasakan, ketika mendapat kabar bahwa Bapak Bachruddin Jusuf Habibie yang biasa dipanggil eyang Habibie menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit karena adanya suatu penyakit. Putra terbaik Indonesia sudah tiada. Beliau wafat dengan meninggalkan seluruh ilmunya yang sangat berguna terhadap bangsa ini. Bapak, terimakasih atas semua pengorbanan yang telah bapak berikan untuk negara ini. Jasamu akan selalu kami kenang sepanjang hayat.
0 Response to "Meneladani Habibie #2"
Post a Comment