Fonologi - Pengertian Fonem, Alofon, Diftong, dan Konsonan
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bahasa merupakan
alat komunikasi manusia yang tidak terlepas dari arti atau makna pada setiap
perkataan yang diucapkan. Bahasa senantiasa dianalisis dan dikaji dengan
menggunakan berbagai pendekatan untuk mengkajinya antara lain pendekatan untuk
mengkaji bahasa ialah kedekatan makna dan bagaimana bahasa itu dapat di ucapkan
dengan sesuai.
Bidang studi
Fonologi yang objek penelitiannnya bunyi bahasa merupakan satu tataran
linguistik. Unsur bahasa yang terkecil berupa lambang bunyi ujaran disebut
fonem. Ilmu yang mempelajarai fonem disebut fonologi atau fonemik. Fonem
dihasilkan oleh alat ucap manusia yang dikenal dengan artikulasi. Dalam bentuk
tertulisnya disebut huruf. Cara mengucapkan lambang-lambang bunyi ini disebut
dengan lafal. Jadi lafal adalah cara seseorang atau sekelompok penutur bahasa
dalam mengucapkan lambang-lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucapnya.
Tidak ada pedoman khusus untuk mengatur ucapan atau lafal ini seperti bagaimana
diaturnya sistem tata tulis atau ejan bahasa indonesia (EBI) yang harus
dipatuhi setiap pemakai bahasa tulis bahasa indonesia sebagai ukuran bakunya.
Dalam kenyataannya masih banyak yang belum memahami
hakikat dari fonem, alofon, dan
vokal serta diftong dan konsonan. Maka dari itu penulis
akan membahas tentang fonem,
alofon, dan vokal serta diftong dan konsonan.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
latar belakang tersebut, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa
yang dimaksud dengan fonem ?
2. Apa
yang dimaksud dengan alofon ?
3. Apa
yang dimaksud dengan vokal ?
4. Apa
yang dimaksud dengan diftong ?
5. Apa
yang dimaksud dengan konsonan ?
C.
TUJUAN MAKALAH
Berdasarkan
rumusan masalah diatas , maka tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengertian fonem
2. Pengertian alofon
3. Pengertian vokal
4. Pengertian diftong
5. Pengertian konsonan
BAB
II
PEMBAHASAN
- Fonem
Fonem
adalah bunyi terkecil yang dapat membedakan makna, sedangkan huruf adalah
lambang bunyi atau lambang fonem. Yang tergolong pada kelompok fonem ada dua
macam yaitu fonem segmental dan fonem suprasegmental. Fonem seg mental adalah
fonem yang merupakan bagian-bagian dari urutan tuturan. Misalnya dari tuturan
kalimat “adik makan.” Terdapat bagian-bagian yang merupakan urutan fonem /a/,
/d/, /i/, /k/, /m/, /a/, /k/, /a/, /n/. Fonem-fonem tersebut disebut fonem
segmental. Disamping urutan fonem-fonem segmental dalam tuturan terdapat pula
rangkaian bunyi atau fonem yang lengkap (seperti intonasi) yang dapat menentukan
arti dari tuturan itu. Fonem yang demikian disebut fonem suprasegmental.
Misalnya, tuturan “Adik makan.” Disamping terdiri atas rangkain fonem segmental
terdapat pula lagu tuturan atau intonasi, mungkin intonasi berita, intonasi
tanya, atau intonasi perintah.
Mungkin
kita bertanya-tanya, apakah sama antara fonem dengan huruf? Tentu saja tidak,
fonem adalah bunyi dari huruf, dan huruf adalah lambang dari bunyi. Jadi, fonem
sama dengan bunyi, sedangkan huruf adalah lambang. Jumlah huruf hanya 26.
Setelah
kita melafalkan ke 26 huruf itu, berarti kita mendapatkan 26 bunyi huruf
(fonem). Akan tetapi, jumlah fonem dalam bahasa Indonesia ternyata lebih dari
26 karena beberapa huruf mempunyai lebih dari satu lafal bunyi.
B.
Alofon
Alofon
adalah variasi fonem yang tidak membedakan bentuk dan arti kata. Alofon adalah
bunyi-bunyi yang merupakan realisasi dari fonem. Pendistribusian alofon terbagi
menjadi dua yakni bersifat
komplementer dan bersifat babas. Yang disebut bersifat komplementer adalah
distri busi saling melengkapi distribusi yang tidak dapat dipisahkan meskipun
dipisahkan juga tidak akan menimbulkan perubahan makna. Yang dimaksud bersifat
pendistribusian bebas adalah alofon-alofon itu dapat digunakan tanpa
persyaratan lingkungan bunyi tertentu. Kalau diperhatkan bahwa alofon merupakan
realisasi dari fonem maka dapat dikatakan bahwa fonem bersifat abstrak karena
fonem itu hanyalah abstraksi dari alofon atau alofon-alofon lain. Dengan kata
lain yang nyata dalam bahasa adalah alofon.
- Vokal
Vokal
adalah jenis bunyi bahasa yang ketika dihasilkan atau diproduksi, setelah arus
ujar ke luar dari glotis tidak mendapat hambatan dari alat ucap, melainkan
hanya diganggu oleh posisi lidah, baik vertikal maupun horisontal, dan bentuk
mulut.
1. Tinggi rendahnya posisi lidah
Berdasarkan
tinggi rendahnya posisi lidah bunyi-bunyi vokal dapat dibedakan atas:
a. Vokal tinggi atas, seperti bunyi [i] dan
[u]
b. Vokal tinggi bawah, seperti bunyi [I] dan
[U]
c. Vokal sedang atas, seperti bunyi [e] dan
[o]
d. Vokal sedang bawah, seperti bunyi [ɛ] dan
[ɔ]
e. Vokal sedang tengah, seperti bunyi [ə]
f. Vokal rendah, seperti bunyi [a]
2. Maju mundurnya lidah
Berdasarkan
maju mundurnya lidah bunyi vokal dapat dibedakan atas :
a. Vokal depan, seperti bunyi [i], [e], dan
[a]
b. Vokal tengah, seperti bunyi [ə]
c. Vokal belakang, seperti bunyi [u] dan
[o]
3. Struktur
Struktur pada bunyi vokal adalah jarak
antara lidah dengan langit-langit keras (palatum). Maka, berdasarkan strukturnya bunyi vokal dapat dibedakan
menjadi :
a. Vokal tertutup, yang terjadi apabila
lidah diangkat setinggi mungkin mendekati langit-langit, seperti bunyi [i] dan
bunyi [u]
b. Vokal semi tertutup, yang terjadi apabila
lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga di bawah vokal tertutup, seperti
bunyi [e], bunyi [ə], dan bunyi [o].
c. Vokal semi terbuka, yang terjadi apabila
lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga di atas vokal yang paling rendah,
seperti bunyi [ɛ] dan [ɔ]
d. Vokal terbuka, yang terjadi apabila lidah
berada dalam posisi serendah mungkin, seperti bunyi [a]
4. Bentuk Mulut
Berdasarkan
bentuk mulut sewaktu bunyi vokal itu diproduksi dapat dibedakan :
a. Vokal bundar, yaitu vokal yang diucapkan
dengan bentuk mulut membundar. Dalam hal ini ada yang bundar terbuka seperti
bunyi [ɔ], dan yang bunda tertutup seperti bunyi [o] dan bunyi [u]
b. Vokal tak bundar, yaitu vokal yang
diucapkan dengan bentuk mulut tidak membundar, melainkan terbentang melebar,
seperti bunyi [i], bunyi [e], dan bunyi [ɛ]
c. Vokal netral, yaitu vokal yang diucapkan
dengan bentuk mulut tidak bundar dan tidak melebar, seperti bunyi [a]
Berdasarkan
keempat kriteria yang dibicarakan tersebut, maka nama-nama vokal dapat disebutkan
sebagai berikut :
[i]
Vokal
depan, tinggi (atas), tak bundar, tertutup.
<ini>;[i-ni],
<ibu>;[i-bu], <cari>;[ca-ri], <lari>;[la-ri]
[
I ]
Vokal
depan, tinggi (bawah), tak bundar, tertutup.
<pinggir>;[pIng-gIr],
<adik>;[a-dI?]
[u]
Vokal
belakang, tinggi (atas), bundar, tertutup.
<udara>;[u-da-ra],
<utara>;[u-ta-ra]
[U]
Vokal
belakang, tinggi (bawah), bundar, tertutup.
<ukur>;[u-kUr],
<urus>;[u-rUs], <turun>;[tu-rUn]
[e]
Vokal
depan, sedang (atas), tak bundar, semi tertutup.
<ekor>
; [e-kor]
[ɛ]
Vokal
depan, sedang (bawah), tak bundar, semi terbuka.
<nenek>;[ne-nɛ?],
<dendeng> ; [dɛn-dɛŋ]
[ə]
Vokal
tengah, sedang, tak bundar, semi tertutup.
<elang>;[ə-laŋ],
<emas>;[ə-mas]
[o]
Vokal
belakang, sedang (atas), bundar, semi tertutup.
<toko>;[to-ko]
[ɔ]
Vokal
belakang, sedang (bawah), bundar, semi terbuka.
<tokoh>;[to-kɔh]
[a]
Vokal
belakang, rendah, netral, terbuka
<cari>
; [ca-ri]
- Diftong
Diftong
adalah bunyi vokal rangkap
yang tergolong menjadi satu suku kata. Ciri diftong ialah waktu diucakannya
bunyi bahasa posisi lidah yang satu dengan yang lain saling berbeda. Perbedaan
itu menyangkut tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, serta
strikturya (jarak lidah dengan langit-langit)
Berdasarkan
perbedaanya itulah maka diftong diklasifikasikan menjadi diftong naik dan
diftong turun dan diftong memusat.
Diftong
Naik
Diftong
naik adalah vokal yang kedua diucapkan dengan posisi lidah lebih tinggi dari
yang pertama. Posisi lidah semakin menaik sehingga strikturnya semakin
tertutup. Berdasarkan posisi di atas diftong naik disebut juga sebagai diftong
tertutup.
Bahasa
Indonesia mempunyai tiga jenis diftong naik:
a.
Diftong naik menutup maju (al) misalnya dalam kata : pakai, lalai, nilai,
sampai, pandal dll.
b.
Diftong naik menutup maju (oi) misalnya pada kata : amboi, angin sepoi-sepoi
dll.
c.
Diftong naik menutup mundur (au) misalnya pada kata : saudara, saudagar, pulau,
kacau, surau, dll.
Diftong
Turun
Disebut
diftong turun karena posisi bunyi pertama lebih tinggi dari bunyi kedua.
Dalam
bahasa Indonesia tidak ada diftong turun.
Dalam
bahaa Inggris ada dua jenis diftong turun, yaitu:
a.
Diftong turun membuka-memusat (uә), misalnya dalam kata poor.
b.
Diftong turun membuka-memusat (iә), misalnya dalam kata ear.
Diftong
memusat
Yaitu
terjadi jika vocal kedua diacu oleh sebuah atau lebih volak yang lebih tingggi,
dan juga diacu oleh sebuah atau lebih vocal yang lebih rendah. Diftong jenis
ini terdapat di dalam bahasa Inggris, seperti [oα] contohnya
kata [more] yang secara fonetis diucapkan dengan [moα]
- Konsonan
Konsonan
adalah bunyi bahasa yang diproduksi dengan cara, setelah arus ujar keluar dari
glotis, lalu mendapat hambatan pada alat-alat ucap tertentu di dalam rongga
mulut atau rongga hidung. Bunyi konsonan dapat diklasifikasikan berdasarkan (1)
tempat artikulasi, (2) cara artikulasi, (3) bergetar tidaknya pita suara, dan
(4) striktur.
1) Tempat artikulasi, yaitu tempat
terjadinya bunyi konsonan, atau tempat bertemunya artikulator aktif dan
artikulator pasif. Tempat artikulasi disebut juga titik artikulasi. Sebagai
contoh bunyi [p] terjadi pada kedua belah bibir (bibir atas dan bibir bawah),
sehingga tempat artikulasinya disebut bilabial. Contoh lain bunyi [d]
artikulator aktifnya adalah ujung lidah (apeks) dan artikulator pasifnya adalah
gigi atas (dentum), sehingga tempat artikulasinya disebut apikodental.
2) Cara artikulasi yaitu bagaimana tindakan
atau perlakuan terhadap arus udara yang baru ke luar dari glotis dalam
menghasilkan bunyi konsonan itu. Misalnya, bunyi [p] dihasilkan dengan cara
mula-mula arus udara dihambat pada kedua belah bibir, lalu tiba-tiba diletupkan
dengan keras. Maka bunyi [p] itu disebut bunyi hambat atau bunyi letup. Contoh
lain bunyi [h] dihasilkan dengan cara arus udara digeserkan di laring (tempat
artikulasinya). Maka, bunyi [h] disebut bunyi geseran atau frikatif.
3) Bergetar tidaknya pita suara, yaitu jika
pita suara dalam proses pembunyian itu turut bergetar atau tidak. Bila pita
suara itu turut bergetar maka disebut bunyi bersuara. Jika pita suara tidak
turut brgetar, maka bunyi itu disebut bunyi tak bersuara.
4) Striktur, yaitu hubungan posisi antara
artikulator aktif dan artikulator pasif. Umpamanya dalam memproduksi bunyi [p]
hubungan artikulator aktif dan artikulator pasif, mula-mula rapat lalu secara
tiba-tiba dilepas. Dalam memproduksi bunyi [w] artikulator aktif dan
artikulator pasif hubungannya renggang dan melebar.
Dengan
melihat tempat artikulasi, cara artikulasi dan bergetar tidaknya pita suara,
maka nama-nama bunyi konsonan itu dapat disebutkan sebagai berikut :
[b]
Bunyi
bilabial, hambat, bersuara
<
baru, abu >
[p]
Bunyi
bilabial, hambat, tak bersuara
<
pita, apa, tetap >
[m]
Bunyi
bilabial, nasal, bersuara
<
mana, lama, malam >
[w]
Bunyi
bilabial, semi vokal, bersuara
<
warna, waktu, awan >
[v]
Bunyi
labiodental, geseran, bersuara
<
veteran, devisa >
[f]
Bunyi
labiodental, geseran, tak bersuara
<
fajar, nafas, taraf >
[d]
Bunyi
apikoalveolar, hambat, bersuara
<
datang > ; [da-taŋ]
[t]
Bunyi
apikoalveolar, hambat, tak bersuara
<
peta > ; [pə-ta]
[n]
Bunyi
apikoalveolar, nasal, bersuara
<
nama, ini, saran >
[l]
Bunyi
apikoalveolar, sampingan, bersuara
<
lama, pula, asal >
[r]
Bunyi
apikoalveolar, getar, bersuara
<
segar > ; [sə-gar]
[z]
Bunyi
laminoalveolar, geseran, bersuara
<
lezat > ; [lə-zat]
[ñ]
Bunyi
laminopalatal, nasal, bersuara
<
nyaring > ; [ña-rIŋ]
[
ǰ ]
Bunyi
laminopalatal, paduan, bersuara
<
jurang > ; [ju-raŋ]
[č]
Bunyi
laminopalatal, paduan, tak bersuara
<
cara, baca >
[š]
Bunyi
laminopalatal, geseran, bersuara
<
syarat >
[s]
Bunyi
laminopalatal, geseran, tak bersuara
<
sama, nasi >
[g]
Bunyi
dorsovelar, hambat, bersuara
<
gaya, tiga >
[k]
Bunyi
dorsovelar, hambat, tak bersuara
<
kaca, saku >
[ŋ]
Bunyi
dorsovelar, nasal, bersuara
<
langit > ; [la-ŋIt]
[x]
Bunyi
dorsovelar, geseran, bersuara
<
khidmat, akhirat >
[h]
Bunyi
laringal, geseran, bersuara
<
hemat, bahan, indah >
[Ɂ]
Bunyi
hambat, glotal, bersuara
<
bak, pak, rakyat >
[
baɁ, paɁ, raɁ-yat ]
BAB III
SIMPULAN
DAN SARAN
A.
Simpulan
1. Fonem
adalah bunyi terkecil yang dapat membedakan makna, sedangkan huruf adalah
lambang bunyi atau lambang fonem.
2. Alofon
adalah variasi fonem yang tidak membedakan bentuk dan arti kata. Alofon adalah
bunyi-bunyi yang merupakan realisasi dari fonem. Pendistribusian alofon terbagi
menjadi duayakni bersifat komplementer dan bersifat babas.
3.
Vokal adalah jenis bunyi bahasa yang
ketika dihasilkan atau diproduksi, setelah arus ujar ke luar dari glotis tidak
mendapat hambatan dari alat ucap, melainkan hanya diganggu oleh posisi lidah,
baik vertikal maupun horisontal, dan bentuk mulut.
4. Diftong
adalah bunyi vokal rangkap
yang tergolong menjadi satu suku kata. Ciri diftong ialah waktu diucakannya
bunyi bahasa posisi lidah yang satu dengan yang lain saling berbeda.
5. Konsonan
adalah bunyi bahasa yang diproduksi dengan cara, setelah arus ujar keluar dari
glotis, lalu mendapat hambatan pada alat-alat ucap tertentu di dalam rongga
mulut atau rongga hidung.
B.
Saran
Berdasarkan simpulan di atas
penulis menyarankan kepada pembaca untuk untuk dapat meningkatkan pemahaman
mengenai fonem dan
pengelompokan fonem serta alofon dan pengelompokan alofon itu sendiri.
Penulis pun menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh
sebab itu, penulis menyarankan kepada pembaca untuk tetap terus menggali sumber-sumber yang
menunjang terhadap pembahasan makalah ini untuk perbaikan yang akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
Chaer, Abdul, 2015. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Heryadi, Dedi. 2014. Fonologi Bahasa Indonesia dalam Nuansa Pembelajaran.
Tasikmalaya.
Muslich, Masnur. 2014. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
0 Response to "Fonologi - Pengertian Fonem, Alofon, Diftong, dan Konsonan"
Post a Comment