Fonologi - Fonem Segmental
FONEM SEGMENTAL
MAKALAH
Disusun
untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Fonologi
Dosen Pengampu: Agi
Ahmad Ginanjar, M.Pd.
Oleh:
Silki
Lailatus Sarifah 172121013
Dewi
Sulistiawati 172121019
Dona
Aristiana H 172121031
JURUSAN
PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SILIWANGI
TASIKMALAYA
2018
LEMBAR PENERIMAAN
Telah disetujui dan disahkan
oleh :
Dosen Pengampu
Related
Agi Ahmad Ginanjar, M.Pd.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
panjatkan ke hadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah fonologi yang berjudul fonem
segmental. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
ikut membantu dalam penyelesaian penyusunan makalah ini.
Pada makalah
ini akan membahas fonem segmental. Klasifikasi bunyi segmental didasarkan
berbagai macam kriteria, yaitu (1) ada tidaknya gangguan, (2) mekanisme udara,
(3) arah udara, (4) pita suara, (5) lubang lewatan udara, (6) mekanisme
artikulasi, (7) cara gangguan, (8) maju mundurnya lidah, (9) tinggi rendahnya
lidah, (10) bentuk bibir. Oleh karena itu, dianggap penting untuk mengkaji
mengenai bunyi-bunyi segmental tersebut.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini
masih terdapat berbagai kekurangan dan kesalahan, baik dari segi isi maupun
dari segi bahasa. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
yang bersifat konstruktif untuk penyempurnaan makalah ini.
Kami berharap agar makalah ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi pembaca.
Tasikmalaya, 4 Mei 2018
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR
PENGESAHAN............................................................................... 2
KATA
PENGANTAR ...................................................................................... 3
DAFTAR ISI
...................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN
.................................................................................. 5
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 5
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................. 5
1.4 Kerangka
Teori ............................................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 7
A. Klasifikasi
bunyi segmental dan deskripsi bunyi segmental............................ 7
2.1
Definisi Bunyi Segmental........................................................................... 7
2.2 Dasar Klasifikasi
Bunyi
Segmental............................................................ 8
2.3 Deskripsi Bunyi
Segmental
Bahasa Indonesia.......................................... 13
2.4 Kelompok Fonem Segmental..................................................................... 16
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN................................................................. 19
A. Simpulan.......................................................................................................... 19
B. Saran............................................................................................................... 19
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Setiap manusia
saling berkomunikasi untuk memenuhi segala urusannya dengan orang lain. Agar komunikasi tersebut berjalan
dengan baik,kedua belah pihak memerlukan bahasa yang dapat dipahami bersama.
Wujud bahasa yang utama adalah bunyi. Bunyi-bunyi tersebut disebut bunyi
bahasa. Dalam pengucapannya, bunyi-bunyi bahasa dapat disegmentasikan atau
dipisah-pisahkan (bunyi segmental), dalam bunyi yang dapat disegmentasikan itu
terdapat unsur-unsur yang menyertainya sehingga disebut bunyi segmental.
Guna memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam maka pada makalah ini akan membahas bunyi ujar
yang berfungsi membedakan makna yang tergolong pada kelompok fonem yaitu salah satunya fonem segmental.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
1) Bagaimanakah
definisi bunyi segmental?
2) Bagaimanakah
klasifikasi bunyi segmental?
3) Bagaimanakah
bentuk-bentuk deskripsi bunyi segmental?
4) Apa saja
kelompok fonem segmental?
1.3 TUJUAN
1)
Mengidentisifikasi definisi bunyi segmental
2)
Mengidentisifikasi klasifikasi bunyi segmental
3)
Mengidentisifikasi deskripsi (gambaran) bunyi segmental
4)Mengidentifikasi
kelompok fonem segmental
1.4 KERANGKA
TEORI
PENGERTIAN
BUNYI SEGMENTAL MENURUT PARA AHLI
Menurut Muslich, Masnur. 2008 bahwa bunyi
segmental ialah bunyi yang dihasilkan oleh
pernafasan, alat ucap dan pita suara. Bunyi Segmental ada empat macam. Menurut Abdul chaer. 2009 bahwa bunyi segmental
ialah bunyi ujar bahasa yang terdiri dari segmen-segmen tertentu. Sedangkan menurut Imam-suhairi . 2009 bahwa bunyi
segmental mengacu pada pengertian bunyi-bunyi yang dapat
disegmentasi/dipisah-pisahkan.
Deskripsi Bunyi
Segmental Bahasa Indonesia
Menurut Muslich,
Masnur. 2008 bahwa bunyi segmental, baik vokoid maupun kontoid, yang diucapkan oleh
penutur bahasa Indonesia sangat variatif, apalagi setelah diterapkan dalam
berbagai disteribusi dan lingkungan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
KLASIFIKASI
BUNYI SEGMENTAL DAN DESKRIPSI BUNYI SEGMENTAL BAHASA
INDONESIA
2.1 Definisi
Bunyi Segmental
Menurut Masnur.
2008. Bunyi segmental ialah bunyi yang dihasilkan oleh pernafasan, alat
ucap dan pita suara. Bunyi Segmental ada empat macam :
Konsonan= bunyi
yang terhambat oleh alat ucap
Vokal = bunyi
yang tidak terhambat oleh alat ucap
Diftong= dua
vokal yang dibaca satu bunyi, misalnya: /ai/ dalam sungai, /au/ dalam /kau/
Kluster= dua
konsonan yang dibaca satu bunyi.
Contoh
Kluster/Konsonan Rangkap
ng: yang
ny:
nyonya
kh:
khusus, khas, khitmad,
pr:
produksi, prakarya, proses
kr:
kredit, kreatif, kritis, krisis
sy:
syarat, syah, syukur
str:
struktur, strata, strategi
spr:
sprai
tr :
tradisi, tragedi, tragis, trauma, transportasi.
2.2 DASAR
KLASIFIKASI BUNYI SEGMENTAL
Masnur.
2008. Klasifikasi bunyi segmental didasarkan berbagai macam keriteria,
yaitu Ada tidaknya gangguan , Mekanisme udara, Arah udara, Pita suara, Lubang
lewatan udara, Mekanisme artikulasi, Cara gangguan, Maju mundurnya lidah, Tinggi
rendahnya lidah, Bentuk bibir.
1. Ada
Tidaknya Gangguan
Yang dimaksud “
gangguan ” adalah penyempitan atau penutupan yang dilakukan oleh alat-alat ucap
atas arus udara dalam pembentukan bunyi. Dilihat dari ada tidaknya gangguan
ketika bunyi diucapakan, bunyi di klompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Bunyi
vokoid yaitu bunyi yang dihasilkan tanpa melibatkan penyempitan atau penutupan
pada daerah artikulasi.
Contoh bunyi
vokoid menurut Daniel Jones terdapat padada bunyi vocal:
· Vocal
(i) * vocal (a)
· Vocal
(u) * vocal (o)
· Vocal
(e) * vocal (α)
b. Bunyi
kotoid yaitu bunyi yang dihasilkan dengan melibatkan penyempitan atau penutupan
pada daerah artikulasi.
Contoh terdapat
pada bunyi vocal (m), (n), dll
2. Mekanisme
Udara
Yang dimaksud
mekanisme udara adalah dari mana datangnya udara yang menggrakkan pita suara
sebagai sumber bunyi. Dilihat dari kriterianya bunyi-bunyi bahasa bisa
dihasilkan dari tiga kemungkinan mekanisme udara.
a. Mekanisme
udara pulmonis, yaitu udra yang dari paru-paru menuju keluar.
Contohnya
terdapat pada hamper semua bunyi bahasa di dunia.
b. Mekanisme
udara laringal atau faringal, yaitu udara yang datang dari laring atau faring.
c. Mekanisme
udara oral, yaitu udara yang datang dari mulut.
3. Arah
Udara
Dilihat dari
arah udara ketika bunyi dihasilkan, bunyi di klompokan menjadi dua, yaitu:
a. Bunyi
egresif, yaitu bunyi yang dihasilkan dari arah udara menuju keluar melalui
rongga mulut atau rongga hidung.
b. Bunyi
ingresif, yaitu bunyi yang dihasilkan dari arah udara masuk kedalam paru-paru.
4. Pita
Suara
Dilihat dari
bergetar tidaknya pita suara ketika bunyi dihasilkan bunyi dapat di klompokkan
menjadi dua, yaitu:
a. Bunyi
mati atau bunyi tak bersuara, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan pita suara
tidak melakukan gerakan membuka menutup shingga getarannya tidak signifikan.
Contoh : bunyi
(k), (p), (t), (s).
b. Bunyi
hidup atau bunyi bersuara, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan pita suara
melakukan gerakan membuka dan menutup secara cepat sehingga bergetar secara
signifikan.
Contoh : bunyi
(g), (b), (d), (z).
5. Lubang
Lewatan Udara
Dilihat dari
lewatan udara ketika bunyi dihasilkan, bunyi diklompokkan menjadi tiga, yaitu:
a. Bunyi
oral, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara udara keluar melalui rongga
mulut, dengan menutupkan velik pada dinding faring.
Contoh: bunyi
(k)
b. Bunyi
nasal, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara udara keluar melalui
rongga hidung , dengan menutup rongga mulut dan membuka velik lebar-lebar.
Contoh: bunyi
(m)
c. Bunyi
sengau, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara udara keluar dari rongga mulut
dan rongga hidung, dengan membuka velik sedikit.
Misalnya
terdapat pada bunyi “bindheng”(istilahjawa)
6. Mekanisme
Artikulasi
Yang dimaksud
mekanisme artikulasi adalah alat ucap mana yang bekerja atau bergerak ketika
menghasilkan bunyi bahasa. Berdasarkan keriteria ini, bunyi dikelompokan
sebagai berikut:
a. Bunyi
bilabial, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan bibir (labium) bawah
dan bibir (labium ) atas.
Misalnya: bunyi
(p), (b), (m), dan (w)
b. Bunyi
labio-dental, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan bibir (labium)
bawah dengan gigi (dentum)atas.
Misalnya :
bunyi (f), dan (v)
c. Bunyi
apiko dental,yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan lidah (apeks) dan
gigi(dentum) atas.
Misalnya :
bunyi (t) pada ( pintu) , (d) pada (dadi), dan (n) pada (minta)
d. Bunyi
apiko-alveolar, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan ujung lidah
(apeks) dan gusi (alveolum) atas.
Misalnya : (t)
pada (pantun), (d) pada (dudU?), dan (n) pada (nama)
e. Bunyi
lamino-palatal, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan tengah lidah
(lamina) dan langit-langit keras (palatum).
Misalnya : (c),
(j), (ñ), (Š)
f. Bunyi
dorso-velar, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan pangkal lidah
(dorsum) dan langit-langit lunak (velum).
Misalnya : (K),
(g), (x), (η)
g. Bunyi
dorso-uvular, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan pangkal lidah
(dorsum) dan anak tekak (uvula).
Misalnya: (q),
dan (R).
h. Bunyi
laringal, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan tenggorok (laring).
Misalnya: (h).
i. Bunyi
glotal, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan lubang atau clah (glotis)
pada pita suara.
Misalnya: (?)
hamzah
7. Cara
Gangguaan
Dilihat dari
cara gangguan arus udara oleh artikulator ketika bunyi diucapkan, bunyi dapat
diklompokkan sebagai berikut.
a. Bunyi
stop (hambat), yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara ditutup rapat
sehingga udara terhenti seketika, lalu dilepaskan kembali secara tiba-tiba.
Tahap pertama (penutupan) disebut implosif(stop implosif), tahap kedua
(pelepasan) disebut eksplosif (stop eksplosif).
Misalnya: (p)
pada (atap’) disebut bunyi implosive, (p) pada (paku) disebut bunyi eksplosif.
Contoh bunyi
stop lainnya: (b), (t), (d), (k), (g), (?).
b. Bunyi
kontinum(alir), kebalikan dari bunyi stop, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan
cara arus udara tidak ditutup secara total sehingga arus udara tetap
mengalir.berarti, selain bunyi-bunyi stop merupakan bunyi kontinum, seperti,
bunyi afrikatif, frikatif, tril dan lateral.
c. Bunyi
afrikatif (panduan), yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara ditutup
rapat, tetapi kemudian dilepaskan secara berangsur. Misalnya, (c), dan (j)
d. Bunyi
frikatif (geser), yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara dihambat
sedemikian rupa sehingga udara tetap dapat keluar. Misalnya, (f), (v),
(s), (z), (Š), (x).
e. Bunyi
tril (getar), yaitu bunyi yang dihasilkan denagn cara arus udara ditutup dan
dibuka berulang-ulang secara cepat. Misalnya, (r), dan (R)
f. Bunyi
lateral (sampingan), yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara ditutup
sedemikian rupa sehingga udara masih bias keluar melalui salah satu atau kedua
sisinya. Misalnya, (l) pada (lima).
g. Bunyi
nasal (hidung),yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara yang lewat
rongga mulut ditutup rapat, tetapi arus udara dialirkan lewat rongga hidung.
Mialnya, (m), (n), (ñ), (η).
8. Tinggi-Rendahnya
Lidah
Dilihat dari
tinggi rendahnya lidah ketika bunyi diucapkan, bunyi dapat dikelompokkan
menjadi empat, yaitu:
a. Bunyi
tinggi, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah meniggi, mendekati
langit-langit keras. Misalnya, (i) pada (kita), (u) pada (hantu).
b. Bunyi
agak tingggi, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah meninggi,
sehingga agak mendekati langit-langit keras. Misalnya, (e) pada lele, (o) pada
(soto).
c. Bunyi
tengah, yaitu bunyi yang dihasilakan dengn cara posisi lidah di tengah.
Misalnya, ( )
d. Bunyi
agak rendah, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah agak
merendah, sehingga agak menjauhi langit-langit keras. Misalnya, (ε)pada kata (p
ε p ε?), (ε) pada kata (ε l ε?), (О) pada (jOrO?), (O) pada (pOkO?).
e. Bunyi
rendah, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah merendah, sehingga
jauh dari langit-langit keras. Misalnya, (a)pada (bata), (a) pada (armada), (α)
pada (allαh), (α) pada (rαhmat).
9. Maju
Mundurnya Lidah
Dilihat dari
maju mundurnya lidah ketika bunyi diucapkan, bunyi dapat dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu:
a. Bunyi
depan, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara bagian depan lidah dinaikkan.
Misalnya, (i), (ī),(e), (ε), (a).
b. Bunyi
pusat, yaitu bunyi yang dihasillkan dengan cara lidah merata., tidak ada bagian
lidah yang diinakkan. Misalnya, ( )
c. Bunyi
belakang, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara bagian belakang lidah
dinaikkan. Misalnya, (u), (U), (o), (O), (α).
10. Bentuk
Bibir
Dilihat dari
bentuk bibir ketika bunyi diucapkan, bunyi dapat dikelompokkan menjadi dua,
yiatu:
a. Bunyi
bulat, yaitu buunyi yang dihasilkan dengan cara posisi bibir berbentuk bulat.
Misalnya, (u), (U), (o), (O), (α).
b. Bunyi
tidak bulat, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi bibir merata atau
tidak bulat. Misalnya, (i), (ī),(e), (ε), (a).
2.3 DESKRIPSI
BUNYI SEGMENTAL BAHAS INDONESIA
Masnur.
2008. Bunyi segmental, baik vokoid maupun kontoid, yang diucapkan oleh
penutur bahasa Indonesia sangat variatif, apalagi setelah diterapkan dalam
berbagai distribusi dan lingkungan. Tetapi, paling tidak jumlah dan variasi
bunyi tersebut biasa di deskripsikan sebagai berikut.
1. Bunyi
Vokoid
Bunyi
|
Ciri-ciri
|
Contoh kata
|
(i)
|
Tinggi,
depan, tak bulat
|
(bila)
’bila’
|
(ī)
|
Agak
tinggi, tak bulat
|
(ad ī?)
‘adik’
|
(e)
|
Tengah,
depan, tak bulat
|
(ide)
‘ide’
|
(ε)
|
Agak
rendah, depan, tak bulat
|
(n
ε n ε?) ‘nene?’
|
(a)
|
Rendah,
depan, tak bulat
|
(cari)
‘cari’
|
(u)
|
Tinggi,
belakang, tak bulat
|
(buku)
‘buku’
|
(U)
|
Agak
tinggi, belakang, bulat
|
(batU?)
‘batuk’
|
(o)
|
Tengah,
belakang, bulat
|
(toko)
‘toko’
|
(O)
|
Agak
rendah, belakang, bulat
|
(tOkOh)
‘tokoh’
|
(α)
|
Rendah,
belakang, bulat
|
(allαh)
‘allah’
|
(
)
|
Tengah,
pusat, tak bulat
|
(
mas) ‘emas’
|
2. Bunyi
kontoid
Bunyi
|
Ciri-ciri
|
Contoh
kata
|
(p)
|
Mati,
oral, bilabial, plosif
|
(paku)
‘paku’
|
(t)
|
Mati,
oral, apiko-dental, plosif
|
(tidUr)
‘tidur’
|
(d)
|
Hidup,
oral, apiko-dental, plosif
|
(dari)
‘dari’
|
(k)
|
Mati,
oral, velar, plosive
|
(kaku)
‘kaku’
|
(g)
|
Hidup,
oral, velar, plosif
|
(gali)
‘gali’
|
(?)
|
Mati,
oral, glottal, plosif
|
(jara?)
‘jara?’
|
(c)
|
Mati,
oral, lamino-palatal, aprikatif
|
(ciri)
‘ciri’
|
(j)
|
Hidup,
oral, lamino-palatal, aprikatif
|
(jara?)
‘jara?’
|
(f)
|
Mati,
oral, labio-dental, prikatif
|
(final)
‘final’
|
(s)
|
Mati,
oral, apiko-alveolar, frikatif
|
(satu)
‘satu’
|
(z)
|
Hidup,
oral, apiko-alveolar, frikatif
|
(zaman)
‘zaman’
|
(Š)
|
Mati,
lamino-valatal, frikatif
|
(Šarat)
‘syarat’
|
(x)
|
Mati,
oral, frikatif
|
(xas)
‘khas’
|
(
)
|
Hidup,
oral, velar, frikatif
|
(tabli
) ‘tabligh’
|
(h)
|
Mati,
oral, laringal, frikatif
|
(tahan)
‘tahan’
|
(l)
|
Hidup,
oral, apiko-alveolar, tril
|
(lama)
‘lama’
|
(m)
|
Hidup,
nasal, bilabial
|
(makan)
‘makan’
|
(n)
|
Hidup,
nasal, apiko-dental
|
(minta)
‘minta’
|
(n)
|
Hidup,
nasal, apiko-alpeolar
|
(tanam)
‘tanam’
|
(ñ)
|
Hidup,
nasal, lamino-palatal
|
(ñala)
‘nyala’
|
(η)
|
Hidup,
nasal, velar
|
(ηilu)
‘ngilu’
|
(w)
|
Mati,
oral, bilabial
|
(waktu)
‘waktu’
|
(y)
|
Mati,
oral, lamino-palatal
|
(yatim)
‘yatim’
|
2.4 Fonem Segmental
Fonem
segmental dalam bahasa Indonesia di golongkan menjadi tiga kelompok, yaitu
sebagai berikut:
a) Fonem Vokal
Fonem vokal dalam bahasa Indonesia ada enam buah,
yaitu: /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /α/. Fonem-fonem vokal ini digunakan seperti
pada contoh tuturan yang ditulis sesuai dengan EYD yang di bawah.
/a/ = (abad, anak, suka)
/i/ =
(indah, kita, ini)
/U/ = (
udara, kuda, adu)
/e/ =
enak. Nenek, sate)
/o/ =
(otot, rokok, bakso)
/α/ =
(emas, senang, metode)
Semua vokal (yang berjumlah 6 buah) dalam bahasa
Indonesia dalam tuturan dapat menduduki di pelbagai posisi, seperti diawal, di
tengah, dan di akhir tuturan.
b) Fonem Konsonan
Fonem konsonan bahasa Indonesia berjumlah 23 buah.
Fonem-fonem konsonan yang ada dalam bahasa Indonesia dapat di lihat
penggunaannya seperti pada tuturan yang
di tulis dalam EYD seperti di bawah ini.
/b/ =
(bahasa, sebut, biadab)
/c/ =
(cakap, kaca)
/d/ =
(dua, ada, adab)
/f/ =
(fakir, kafir, maaf)
/g/ =
(guna, tiga, balig)
/h/ =
(hari, saham, tuah)
/j/ =
(jalan, manja, mikraj)
/k/ =
(kami, paksa, sesak)
/kh/ =
(khusus, akhir, tarikh)
/I/ =
(lekas, alas, kesal)
/m/ =
(makan, kami, diam)
/n/ =
(nama, anak, daun)
(η) = (ngilu, bangun, senang)
(ñ) = (nyata, hanyut)
/p/ =
(pasang, apa, siap)
/r/ =
(raih, bara, putar)
/s/ =
(sampai, asli, lepas)
/S/ =
(syarat, isyarat, arasy)
/t/ =
(tali, mata, rapat)
/v/ =
(varia, lava)
/w/ =
(wanita, bawa)
/y/ =
(yakin, payung)
/z/ =
(zeni, lazim, juz)
Dari dua puluh tiga fonem konsonan yang ada dalam
bahasa Indonesia terdapat empat fonem konsonan yang tidak menduduki posisi
akhir tuturan. Fonem fonem konsonan yang di maksud adalah /ny/, /v/, /w/, dan
/y/. Dari beberapa bunyi ujar gugus konsoid yang sudah menunjukkan ada
kecenderungan menjadi fonem gugus konsonan bahasa Indonesia adalah bunyi ujar [pr], seperti terdapat pada
pasangan minimal (raja-praja). Gugus
konsonan /pr/ bisa menduduki posisi awal, dan tengah tuturan misalnya
(proses-supra).
c) Fonem Diftong
Bunyi ujar diftong yang sudah kita kenali
ada tiga macam yaitu: /ay/, /aw/, /oy/. Dari pengujian fonem atau dengan
pasangan minimal dapat diketahui bahwa semua bunyi ujar diftong termasuk fonem
bahasa Indonesia. Penggunaan diftong dapat dilihat dalam tutura yang di tulis
dengan aturan EYD seperti di bawah ini.
/ay/ =
(ain, syaitan, pandai)
/aw/ =
(aula, saudara, harimau)
/oy/ =
(boikot, amboi)
Memperhatikan contoh penggunaan fonem
diftong di atas dapat diketahui bahwa terdapat satu fonem diftong yang tidak
dapat menduduki posisi tuturan. Fonem yang dimaksud adalah fonem diftong /oi/.
BAB
III
SIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Berdasarkan
penjelasan diatas, kami dapat menarik kesimpulan bahwa bunyi segmental
merupakan salah satu ilmu fonologi yang sangat penting dalam ilmu bahasa yang
berfungsi sebagai alat komunikasi. Karena dengan adanya bunyi segmental, maka
kita dapat membedakan makna kata dalam setiap ucapan maupun pendengaran.
SARAN
Adapun yang
dapat penulis sarankan kepada pembaca yaitu untuk lebih memahami mengenai pembahasan
atau materi segmental dan di harapkan bisa mengaplikasikannya kedalam kehidupan
sehari-hari.
DAFTAR
PUSTAKA
Muslich, Masnur. 2008. Fonologi
Bahasa Indonesia Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi Bahasa Indonesia.
Jakarta: Bumi Aksara
Heryadi, Dedi. 2016. Fonologi Bahasa Indonesia. Tasikmalaya
0 Response to "Fonologi - Fonem Segmental"
Post a Comment