ANALISIS MAKNA LEKSIKAL, REFERENSIAL, DAN KIAS PADA PUISI “KITA ADALAH PEMILIK SAH REPUBLIK INI” KARYA TAUFIK ISMAIL
PADA PUISI “KITA ADALAH PEMILIK SAH REPUBLIK INI”
KARYA TAUFIK ISMAIL
Anisa
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Siliwangi
E-mail : anissanina219@gmail.com
Abstrak
Puisi merupakan karya sastra yang unik karena memiliki keindahan dalam penggunaan kata. Bebasnya
penggunaan kata atau leksem pada sebuah puisi dan banyaknya penggunaan bahasa kias membuat
pembaca tidak dapat memaknai puisi tersebut secara langsung. Bahasa kias cenderung sulit dipahami
maknanya. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk memahami makna pada puisi “Kami Adalah
Pemilik Sah Republik Ini” karya Taufik Ismail dengan menggunakan analisis makna semantik, yaitu
makna leksikal, referensial, dan kias. Serta metode yang digunakan dalam analisis ini yaitu metode
kualitatif. Puisi ini menceritakan mengenai semangat patriotisme penyair, serta dari hasil analisis pada
puisi ini penyair lebih banyak menggunakan makna leksikal.
Kata kunci: Analisis Semantik, Puisi, “Kami Adalah Pemilik Sah Republik Ini”.
Pendahuluan
Zaman semakin berubah dan jiwa patriotisme bangsa Indonesia pun semakin menurun di berbagai
golongan, terutama pada generasi muda. Jika dimaknai lebih jauh, patriotisme merupakan sikap cinta
tanah air, menjaga dan melindungi. Akan tetapi saat ini justru para pemuda Indonesia bersikap kurang
peduli terhadap tanah airnya. Permasalahan ini tidak hanya terjadi pada masa sekarang, tetapi telah
terjadi sejak masa reformasi. Oleh karena itu banyak para penyair Indonesia yang menyuarakan
perasannya lewat karya sastra bertema tanah air, tujuannya untuk kembali membakar jiwa patriotisme
rakyat.
Puisi merupakan salah satu karya sastra untuk menyatakan perasaan, diciptakan melalui bahasa yang
indah, dan memiliki makna yang luas. Dalam puisi tidak sedikit pula penyair yang memilih untuk
menggunakan makna-makna tersirat. Beberapa puisi bahkan ada yang membuat pembaca menjadi
tertarik untuk mengetahui makna yang ingin disampaikan penulis. Seperti salah satu karya sastra yang
akan dianalisis yaitu puisi berjudul “Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini” karya Taufik Ismail. Pada
puisi ini banyak mangandung nilai patriotisme dan gambaran bangsa Indonesia saat ini yang cocok
untuk digali lebih jauh pemaknaannya.
Puisi “Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini” karya Taufik Ismail akan dianalisis dengan
menggunakan ilmu makna bahasa atau semantik. Seperti yang dikemukakan oleh Chaer (2009: 2)
bahwa semantik merupakan kajian bahasa atau kajian linguistik yan mempelajari makna atau arti
bahasa. Oleh karena itu, melalui pengkajian bahasa dengan ilmu semantik ini makna yang terdapat
dalam sebuah kata dapat terkupas. Begitu pun dengan puisi yang dapat dikaji maknanya melalui ilmu
semantik. Analisis yang akan dilakukan berfokus pada tiga jenis makna yang terdapat dalam bidang
semantik. Diantaranya makna leksikal, makna referensial, dan makna kias.
Metode Penelitian
Metode yang akan digunakan dalam analisis puisi “Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini” karya
Taufik Ismail ini adalah metode penelitian kualitatif. Sugiyono (2007: 1), mengemukakan bahwa
metode peneltian kualitatif digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti
adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara tinggulasi, analisis data
bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Penelitian ini akan berfokus pada beberapa jenis makna semantik, yaitu makna leksikal, makna
referensial, dan makna kias. Dalam penyajian analisis ini dibuat dalam bentuk tabel, sehingga akan
lebih terstruktur dan jelas. Analisis dimuali dari menggolongkan kata atau frasa berdasarkan jenis
makna semantik, lalu mencari makna pada setiap kosakata, dan dilanjutkan dengan makna perkalimat.
Landasan Teori
Puisi merupakan salah satu karya sastra yang menekankan pada keindahan kata-kata serta merupakan
bagian dari luapan perasaan penyair. Di Indonesia puisi telah ada sejak jaman dahulu, oleh karena itu di
Indonesia mengenal dua jenis puisi yaitu puisi lama dan puisi modern. Puisi modern atau puisi baru
merupakan puisi yang telah mendapat pengaruh dari puisi-puisi barat. Oleh karena itu dalam
penulisannya pun lebih bebas dan tidak terikat oleh aturan. Menurut Waluyo (2002:25), “puisi adalah
suatu bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan
disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan
struktur batinnya”.
Chaer (2009:2) mengemukakan bahwa kata semantik dalam bahasa Indonesia (Inggris: semantics)
berasal dari bahasa yunani sema (kata benda yang berarti “tanda” atau “lambang”). Kata kerjanya
adalah semanio yang berarti “menandai” atau “melambangkan”. Yang dimaksud tanda atau lambang
di sini sebagai padanan kata sema itu adalah tanda linguistic (Prancis: signe linguitique) seperti yang
telah dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure (Chaer, 2009:2) yaitu yang terdiri dari (1) komponen
yang mengartikan, yang berwujud bentuk-bentuk bunyi bahasa dan (2) komponen yang diatrikan atau
makna dari komponen yang pertama itu. Kedua komponen ini adalah merupakan tanda atau lambang;
sedangkan yang ditandai atau yang melambanginya adalah sesuatu yang berada diluar bahasa yang
lazim disebut referen atau hal yang ditunjuk. Oleh karena itu kata semantik dapat diartikan sebagai
ilmu tentang makna atau tentang arti. Sejalan dengan pendapat Chaer, Tarigan (1990:7)
mengemukakan bahwa semantik adalah telaah makna. Semantik menelaah lambang-lambang atau
tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan makna yang lain, dan
pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat. oleh karena itu semantik mencakup makna maknamakna
kata,
perkembangannya,
dan
perubahannya.
Jenis makna pada ilmu semantik memiliki banyak macam. Namun pada penelitian jenis makna
semantik yang akan dianalisis yaitu makna leksikal, makna referensial, dan makna kias. Ketiga jenis
makna tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan alat indra ,
atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam hidup kita. (Chaer, 2009: 60).
2. Makna Referensial adalah bila kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu diluar bahasa yang diacu
oleh kata itu maka kata itu disebut kata bermakna referensial. Kata referensial memiliki referen yang
tidak tetap. Dapat berpindah dari satu rujukan kepada rujukan yang lain, atau dapat pula berubah
ukurannya. Kata-kata seperti ini disebut kata deiktis. (Chaer, 2009: 64).
3. Makna kias adalah semua bentuk bahasa (baik kata, frase, maupun kalimat) yang tidak merujuk pada
arti sebenarnya (arti leksikal, arti konseptual, atau arti denotatif). (Chaer, 2009:77).
Hasil dan Pembahasan
Menganalisis puisi dengan menggunakan ilmu semantik merupakan salah satu upaya untuk membedah
makna pada suatu puisi dengan melihat terlebih dahulu partikel-partikel yang ada di dalamnya. Ketika
telah mangetahui makna pada setiap kalimat dalam puisi tersebut, maka pemaknaan pun akan lebih
mendalam. Pada analisis puisi “Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini” karya Taufik Ismail akan
disajikan dalam bentuk tabel.
No. Kata
Jenis
makna
Analisis
1. Tidak ada pilihan lain
Tidak ada Leksikal Frasa /tidak ada/ memiliki makna meniadakan
Pilihan lain Leksikal Frasa /pilihan lain/ memiliki makna upaya yang dapat
dilakukan.
Simpulan:
Pada kalimat /tidak ada pilihan lain/ memiliki makna hanya satu jalan atau upaya yang
dapat dilakukan.
2. Kita harus berjalan terus
Kita Referensial Kata /kita/ merujuk pada rakyat Indonesia.
Harus Leksikal Kata /harus/ memiliki makna wajib, mesti.
Berjalan terus Leksikal Frasa /berjalan terus/ memiliki makna bergerak maju.
Simpulan:
Pada kalimat /kita harus berjalan terus/ memiliki makna rakyat Indonesia harus terus
bergerak maju, berjuang, tidak boleh berdiam diri atas kebijakan-kebijakan buruk yang
pemerintah berikan.
3. Karena berhenti atau mundur, berarti hancur
Karena Leksikal Kata /karena/ memiliki arti lantaran
Berhenti Leksikal Kata /berhenti/ memiliki makna berakhir
Atau Leksikal Kata /atau/ merupakan kata penghubung untuk
menandai pilihan diantara beberapa hal.
Mundur Kias Kata /mundur/ memiliki makna menyerah.
Berarti hancur Leksikal Frasa /berarti hancur/ memiliki makna musnah.
Simpulan:
Pada kalimat /karena berhenti atau mundur berarti hancur/ dapat dimaknai dengan jika
rakyat menyerah, menghindari dan bersikap tak acuh terhadap kebijakan yang ada, maka
sama saja rakyat membiarkan negara ini hancur. Dan apa yang telah diperjuangkan oleh
pejuang terdahulu menjadi sia-sia.
4. Apakah akan kita jual keyakinan kita
Apakah Leksikal Kata /apakah/ memiliki fungsi untuk menyatakan
pilihan dan menegaskan informasi yang ingin diketahui.
Akan Leksikal Kata /akan/ memiliki makna hendak.
Kita Referensial Kata /kita/ merujuk pada rakyat Indonesia.
Jual keyakinan Kiasan Frasa /jual keyakinan/ memiliki makna menyerah, putus
asa.
Kita Referensial Kata /kita/ merujuk pada rakyat Indonesia.
Simpulan:
Pada kalimat / Apakah akan kita jual keyakinan kita /dapat dimaknai bahwa penyair
seolah-olah ingin menyadarkan rakyat (pemilik negri) dengan merenungkan seberapa besar
cinta mereka terhadap negrinya, dan haruskah mereka menyerah pada keadaan, melupakan
cita-cita untuk negri yang lebih baik.
5. Dalam pengabdian tanpa harga
Dalam Leksikal Kata /dalam/ mengandung makna bagian yang ada di
dalam
Pengabdian Leksikal Kata /pengabdian/ mengandung makna perbuatan
mengabdikan, atau menjadi budak
Tanpa harga Kias Frasa /tanpa harga/ mengandung makna tidak dihargai
Simpulan:
Pada kalimat /dalam pengabdian tanpa harga/ dapat dimaknai bahwa ketika rakyat
menyerah dan membiarkan dirinya terjajah oleh penguasa, hal tersebut yang sama saja
dengan menjual keyakinan dan pengorbanannya, maka bukan kebahagiaan dan
kemerdekaan yang di dapat. Melainkan semakin akan diperbudak tanpa pernah dihargai.
Dan negeri akan semakin rusak.
6. Akan maukah kita duduk satu meja
Akan Leksikal Kata /akan/ memiliki makna hendak.
Maukah Leksikal Kata /maukah/ memiliki makna pertanyaan apakah sudi.
Kita Referensial Kata /kita/ merujuk pada rakyat Indonesia.
Duduk satu meja Kiasan Frasa /duduk satu meja/ dapat dimaknai dengan berada
ditempat yang sama. Dalam hal ini dapat mengacu pada
negara, wilayah.
Simpulan:
Pada kalimat / Akan maukah kita duduk satu meja / dapat dimaknai dengan penyair
kembali menyadarkan rakyat untuk lebih meneguhkan pendiriannya, dengan rakyat
membiarkan penguasa yang buruk berkuasa Indonesia maka rakyat telah menghianati
negrinya.
7. Dengan para pembunuh tahun yang lalu
Dengan Leksikal Kata /dengan/ memiliki makna bersama
Para pembunuh
Referensial Kata /para pembunuh/ dapat mengacu pada para
penjajah
Tahun yang lalu Kias Frasa /tahun yang lalu/ memiliki makna zaman dahulu
sebelum Indonesia merdeka.
Simpulan:
Pada kalimat /dengan para pembunuh tahun yang lalu/ dapat dimaknai bahwa penyair ingin
menyandingkan keadaan negeri ini dengan keadaan pada masa penjajahan dahulu jika
rakyat terus membiarkan penguasa berkuasa.
8. Dalam setiap kalimat yang berakhiran “Duli Tuanku ?”
Dalam Leksikal Kata /dalam/ mengandung makna bagian yang ada di
dalam
Setiap Leksikal Kata /setiap / mengandung makna saban.
Kalimat Leksikal Kata /kalimat/ memiliki makna perkataan
Yang Leksikal Kata /yang/ memiliki makna kata yang menyatakan
bahwa bagian kalimat yang berikutnya menjelaskan
kata yang ada di depan.
Berakhiran Leksikal Kata /brakhiran/ memiliki makna memiliki akhir
Duli Leksikal Kata /duli/ memiliki makna kata kehormatan yang
dipakai apabila bercakap pada raja. Atau dapat juhga
bermakna iya.
Tuanku Leksikal Kata /tuanku/ memiliki makna raja yang mulia
Simpulan:
Pada kalimat / Dalam setiap kalimat yang berakhiran “Duli Tuanku ?”/ dapat dimaknai
bahwa penyair juga ingin menyindir rakyat yang terus percaya dan selalu menuruti apa
yang diminta oleh penguasa, seakan-akan penguasa adalah raja yang selalu berlaku benar.
7. Tidak ada lagi pilihan lain
Tidak ada Leksikal Frasa /tidak ada/ memiliki makna meniadakan
Lagi Leksikal Kata /lagi/ memiliki makna partikel yang dipakai untuk
menekankan kata atau kalimat yang mendahuluinya
Pilihan lain Leksikal Frasa /pilihan lain/ memiliki makna upaya yang dapat
dilakukan.
Simpulan:
Pada kalimat / Tidak ada lagi pilihan lain / penulis ingin lebih menekankan bahwa rakyat
tidak bisa memilih jalan lain selain ikut berjuang. Kalimat ini merupakan penegasan dari
bait puisi sebelumnya.
8. Kita harus berjalan terus
Kita Referensial Kata /kita/ merujuk pada rakyat Indonesia.
Harus Leksikal Kata /harus/ memiliki makna wajib, mesti.
Berjalan terus Leksikal Frasa /berjalan terus/ memiliki makna bergerak maju.
Simpulan:
Pada kalimat /kita harus berjalan terus/ merupakan penegasan bahwa rakyat Indonesia
harus terus bergerak maju, berjuang, tidak boleh berdiam diri atas pilihan yang penguasa
berikan.
9. Kita adalah manusia bermata sayu,
Kita Referensial Kata /kita/ merujuk pada rakyat Indonesia.
Adalah Leksikal Kata /adalah/ memiliki makna
Manusia Leksikal Kata /manusia/ memiliki makna orang
bermata sayu Kiasan Frasa /bermata sayu/ bermakna memiliki mata yang
sarat akan kesedihan
Simpulan:
Dari kalimat / Kita adalah manusia bermata sayu/ dapat dimaknai bahwa rakyat Indonesia
sudah terlalu banyak merasakan penderitaan.
10. Yang di tepi jalan mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Yang Leksikal Kata /yang/ memiliki makna kata yang menyatakan
bahwa bagian kalimat yang berikutnya menjelaskan
kata yang ada di depan.
Di tepi jalan Leksikal Frasa /di tepi jalan/ memiliki makna di pinggir jalan.
Mengacungkan
tangan
Leksikal Frasa /mengacungkan tangan/ memiliki makna
mengangkat tangan
Untuk Leksikal Kata /untuk/ memilliki makna maksud
Oplet Leksikal Kata /oplet/ memiliki makna mobil sedan yang susunan
tempat duduknya di ubah disesuaikan dengan kendaraan
umum
Dan Leksikal Kata /dan/ memiliki makna penghubung satuan bahasa
Bus Leksikal Kata /bus/ merupakankendaraan yang dapat memuat
banyak penumpang.
Yang penuh Leksikal Frasa /yang penuh/ memiliki makna banyak memuat
Simpulan:
Kalimat /Yang di tepi jalan mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh/
memiliki makna rakyat Indonesia selain banyak merasakan penderitaan, juga mereka
terhimpit keadaan ekonomi.
11. Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara
Kita Referensial Kata /kita/ merujuk pada rakyat Indonesia.
Adalah Leksikal Kata /adalah/ memiliki makna
Berpuluh juta
yang bertahun
Kiasan frasa /Berpuluh juta yang bertahun/ memiliki makna
sudah lama, sejak zaman dulu, atau bertahun tahun yang
lalu
Hidup sengsara Leksikal Frasa /hidup sengsara/ memiliki makna dihup dalm
penderitaan
Simpulan :
Pada kalimat / Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara / memiliki makna
rakyat Indonesia (pemilik negeri ini) sudah sejak dari zaman penjajahan merasakan
penderiataan, bahkan sampai sekarang. Penderitaan akibat keburukan pemerintah.
12. Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dipukul banjir Kiasan Terkena bencana alam banjir
Gunung api Kiasan Bencana gunung meletus
Kutuk Leksikal Kata /kutuk/ dapat dimaknai dengan bencana akibat
perbuatan yang salah.
Dan hama Referensial Kata /hama/ memiliki makna gagal panen akibat hewan
perusak.
Simpulan:
Pada kalimat /Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama/ penyair ingin mengingatkan
kembali dengan menjelaskan beberapa hal yang telah dialami oleh rakyat. Mulai dari
bencana alam, gagal panen, sampai penderitaan yang diakibatkan oleh penguasa.
13. Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka
Dan Leksikal Kata /dan/ berfungsi sebagai penghubung astuan
bahasa.
Bertanya-tanya Leksikal Kata /bertanya-tanya/ memiliki makna kebimbangan,
bertanya pada diri sendiri.
Inikah Leksikal Kata /inikah/ memiliki makna kata penunjuk untuk
lebih meyakinkan
Yang Leksikal Kata /yang/ memiliki makna kata yang menyatakan
Namanya
merdeka
Simpulan:
bahwa bagian kalimat yang berikutnya menjelaskan
kata yang ada di depan.
Leksikal Frasa /namanya merdeka/ memiliki makna bisebut
kebebasan.
Pada kalimat / Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka / dapat dimaknai bahwa
penyair seolah-olah sedang membuka kembali pemikiran rakyat bahwa mereka terus
menerus berada dalam penderitaan yang tak kunjung usai, bahkan sampai negara kini telah
merdeka.
14. Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan
Kita Referensial Kata /kita/ merujuk pada rakyat Indonesia.
Yang Leksikal Kata /yang/ memiliki makna kata yang menyatakan
Tidak punya
kepentingan
bahwa bagian kalimat yang berikutnya menjelaskan
kata yang ada di depan.
Leksikal Frasa /tidak punya kepentingan/ memiliki makna tidak
memiliki keperluan khusus
Dengan Leksikal Kata /dengan/ memiliki makna bersama
Seribu slogan Kiasan Frasa /seribu slogan/ dapat dimaknai dengan tujuan
suatu ideologi partai polotik
Simpulan:
Pada kalimat / Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan / dapat dimaknai
bahwa penyair seperti ingin menyindir pemerintah dan berbagai partai politik yang terus
menggembar-gemborkan janjinya.
15. Dan seribu pengeras suara yang hampa suara
Dan Leksikal Kata /dan/ berfungsi sebagai penghubung astuan
bahasa.
Seribu pengeras
suara
Kiasan Frasa /seribu pengeras suara/ dapat dimaknai dengan
masa atau pendukung yang banyak di pastai politik
tersebut.
Yang Leksikal Kata /yang/ memiliki makna kata yang menyatakan
bahwa bagian kalimat yang berikutnya menjelaskan
kata yang ada di depan.
Hampa suara Kiasan Frasa /hampa suara/ dapat dimaknai dengan janji-janji
yang diberikan oleh para penguasa hanya berisi janji
kosong.
Simpulan:
Pada kalimat / Dan seribu pengeras suara yang hampa suara / dapat dimaknai bahwa
penyair menginginkan rakyat sadar bahwa slogan atau janji-janji yang dibuat oleh berbagai
golongan petinggi tersebut tidak lain hanyalah janji kosong, yang sengaja digemborgemborkan
agar
rakyat
percaya.
16. Tidak ada lagi pilihan lain kita harus berjalan terus.
Tidak ada Leksikal Frasa /tidak ada/ memiliki makna meniadakan
Lagi Leksikal Kata /lagi/ memiliki makna partikel yang dipakai untuk
menekankan kata atau kalimat yang mendahuluinya
Pilihan lain Leksikal Frasa /pilihan lain/ memiliki makna upaya yang dapat
dilakukan.
Simpulan:
Pada kalimat / Tidak ada lagi pilihan lain / penulis ingin lebih menekankan bahwa rakyat
tidak bisa memilih jalan lain selain ikut berjuang. Kalimat ini merupakan penegasan dari
bait puisi sebelumnya.
17. Kita harus berjalan terus
Kita Referensial Kata /kita/ merujuk pada rakyat Indonesia.
Harus Leksikal Kata /harus/ memiliki makna wajib, mesti.
Berjalan terus Leksikal Frasa /berjalan terus/ memiliki makna bergerak maju.
Simpulan:
Pada kalimat /kita harus berjalan terus/ merupakan penegasan bahwa rakyat Indonesia
harus terus bergerak maju, berjuang, tidak boleh berdiam diri atas pilihan yang penguasa
berikan.
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dari ketiga jenis makna yang dianalisis diantaranya
makna leksikal, referensial, dan kias pada puisi “Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini” karya Taufik
Ismail, lebih banyak terdapat kosakata yang bermakna leksikal. Pada kosakata yang bermakna
referensial. Dalam puisi ini merujuk pada kata /kita/ yang bermakna rakyat, dan pada frasa /para
pembunuh/ yang bermakna penjajah. Dan yang terakhir adalah makna kias. Pada puisi ini ada beberapa
kosakata yang memiliki makna kias atau makna tidak sebenarnya. Seperti pada frasa /dipukul banjir/
dan /tahun yang lalu/.
Puisi “Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini” karya Taufik Ismail merupakan ungkapan rasa
kekecewaan penyair terhadap rakyat Indonesia terutama pada golongan muda, karena jiwa patriotisme
yang ditanamkan oleh para pejuang dimasa lalu perlahan-lahan mulai menghilang. Penyair ingin
kembali membakar semangat cinta tanah air pada rakyat Indonesia. Bagi penyair, bangsa ini memang
sudah bebas dari penjajah, tetapi tetap belum merdeka. Karena masih banyak penguasa-penguasa yang
hanya ingin berkuasa, mencari jabatan, dan memanfaatkat rakyat lemah untuk kepentingan pribadi.
Puisi ini juga sebagai sindiran dan rasa kekesalan penyair terhadap golongan politikus di Indonesia,
yang hanya bisa menyuarakan janji tanpa kerja yang pasti. Kesengsaraan yang dialami oleh rakyat
belum berubah sama sekali. Penyair ingin rakyat menghilangkan rasa putus asa dan hanya menerima
keadaan dengan ketidakadilan yang terjadi. Karena jika pemikiran tersebut terus merasuki, maka yang
terjadi adalah penjajah akan datang kembali.
Daftar Pustaka
Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Tarigan, Henry Guntur.1990. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa
Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.
0 Response to "ANALISIS MAKNA LEKSIKAL, REFERENSIAL, DAN KIAS PADA PUISI “KITA ADALAH PEMILIK SAH REPUBLIK INI” KARYA TAUFIK ISMAIL"
Post a Comment