Fonologi - Vokoid, Diftong, dan Semi Vokoid
VOKOID, DIFTONG DAN SEMI VOKOID
MAKALAH
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Fonologi yang diampu oleh
Agi
Ahmad Ginanjar, S.Pd., M.Pd.
Oleh
Kelompok
4:
Muhamad
Rifky Atorik 172121008
Risda Aulia Apandi 172121024
Resya
Amelia 172121041
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
2018
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah
ini telah diterima pada hari..... tanggal.....
Oleh
Dosen
Mata Kuliah Fonologi,
Agi
Ahmad Ginanjar, S.Pd., M.Pd.
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
selalu tercurah limpah kepada Allah swt. karena telah memberikan kesehatan dan
karena seizin-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam selalu dipanjatkan kepada junjunan alam yakni Nabi Muhammad
saw., beserta keluarganya, sahabatnya, dan kita selaku umatnya.
Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Fonologi dengan
judul Vokoid, Doftong, dan Semi Vokoid.
Makalah ini menguraikan
mengenai pengertian, ciri-ciri dan contoh dari Vokoid, Diftong dan Semi Vokoid.
Penulis
menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena itu penulis
mengaharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan
makalah ini. Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memenuhi
harapan semua pihak. Amin.
Kamis,
2 Maret 2018
DAFTAR ISI
LEMBAR
PENERIMAAN.....................................................................................i
KATA
PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B.
Rumusan
Masalah........................................................................................1
C.
Tujuan
Makalah...........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Vokoid..........................................................................................................3
B.
Diftong.........................................................................................................5
C.
Semi
Vokoid................................................................................................7
BAB III SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan......................................................................................................9
B.
Saran............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Fonetik adalah
cabang dari fonologi yang mengkaji hakikat bunyi ujar dalam suatu bahasa. Pengkajian
bunyi ujar dari segi fonetik tidak berhubungan dengan masalah arti yang
terkandung dalam bunyi, melainkan lebih berdifat mengkaji untuk mengenali
bunyi-bunyi yang ada dan digunakan oleh pembicara dalam suatu bahasa. Fonetik
mempelajari tentang bagaimana bunyi-bunyi fonem sebuah bahasa direalisasikan
atau dilafazkan. Fonetik juga mempelajari cara kerja organ tubuh manusia,
terutama yang berhubungan dengan penggunaan bahasa. Terdiri dari vokoid,
diftong, dan semi vokoid.
Dalam
kenyataannya masih banyak yang belum memahami hakikat dari vokoid, diftong, dan
semi vokoid serta dalam pelafalannya pun masih banyak yang keliru. Maka dari
itu penulis akan membahas lebih dalam tentang hakikat, ciri-ciri serta contoh
dari vokoid, diftong, dan semi vokoid.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut.
1.
Apa
yang dimaksud dengan vokoid?
2.
Apa
yang dimaksud dengan diftong?
3.
Apa
yang dimaksud dengan semi vokoid?
4.
Apa
saja ciri-ciri dari vokoid, diftong, dan semi vokoid?
5.
Bagaimana
cara melafalkan vokoid, diftong, semi vokoid?
C. Tujuan
Makalah
Sejalan
dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun untuk mengetahui:
1.
Mengetahui
hakikat dari vokoid.
2.
Mengetahui
hakikat dari diftong.
3.
Mengetahui
hakikat dari semi vokoid.
4.
Mengetahui
ciri-ciri vokoid, diftong, dan semi vokoid.
5.
Mengetahui
dan mampu melafalkan bunyi vokoid, diftong, dan semi vokoid.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Vokoid
Istilah vokoid, masih cukup asing karena
yang biasa kita temukan dalam buku tata bahasa adalah istilah vokal. Secara
fonetik pengkajian bunyi bahasa belum berkaitan dengan masalah makna. Pada
bagian fonetik ini yang dikaji adalah bunyi-bunyi ujar yang ada dalam suatu
bahasa. Tujuan mempelajari fonetik lebih bersifat mengenali dan memahami
bunyi-bunyi ujar yang ada dan dipakai dalam tuturan. Oleh karena itu, dalam
suatu bahasa bisa terjadi vokoid lebih banyak daripada fokal. Vokoid belum
berurusan dengan fonem, sedangkan vokal sudah berurusan dengan fonem.
Vokoid
adalah bunyi ujar yang dihasilkan dengan tanpa merintangi udara yang keluar
dari paru-paru dalam alat ucap kita. Udara dengan leluasa dikeluarkan dari
paru-paru sebagai sumbernya disertai pita suara bergetar dan mengeluarkan bunyi
dengan posisi bibir dan lidah yang menentukan bentuk vokoid yang dihasilkan.
Alat-alat ucap yang berfungsi ketika menghasilakn vokoid adalah paru-paru yang
menghembuskan udara keluar, pita suara yang menghasilkan bunyi, bibir dan lidah
yang berubah-ubah posisi dalam membentuk vokoid-vokoid yang berbeda. (Heryadi,
Dedi. 2014:13)
Maka vokoid merupakan bunyi ujar yang
dihasilkan alat ucap manusia tanpa ada rintangan udara atau udara dengan
leluasa keluar dari paru-paru.
Vokoid memiliki beberapa ciri-ciri yang
bisa dikenali. Dalam buku Muslic Masnur ciri-ciri vokoid sebagai berikut.
Macam-macam vokoid dalam bahasa
Indonesia.
1.
[a]
= {bapa?} {saya} {kaka?}
2.
[α]
= {anαk} {sα?αt} {tα?αt}
3.
[U]
= { akU} {bajU} {kUkU}
4.
[u]
= {kamu} {mαu} {tamu}
5.
[o]
= {baso} {kodok} {sato}
6.
[σ]
= {modal} {nσmσr}
7.
[I]
= {hatI} {babI} {bIsa}
8.
[i]
= {kami} {ni?mαt}{ini}
9.
[e]
= {sate} {kake} {lele}
10. [ε] = {nεtral} {nεnε?}
11. [ð] = {sðdUh} {mðrdU} {mεtodð}
Keterangan
|
Depan
|
Tengah
|
Belakang
|
Tinggi
|
I
|
U
|
|
Agak Tinggi
|
Ī
|
ə
|
|
Agak Rendah
|
Ε
|
O
|
|
Rendah
|
A
|
Bunyi
vokoid, yaitu bunyi vokoid yang dihasilkan tanpa melibatkan penyempitan atau
penutupan pada daerah artikulasi. Ketika bunyi itu diucapkan, yangdiatur
hanyalah ruang resonansi pada rongga mulut melalui pengaturan posisi lidah dan
bibir. Bunyi-bunyi vokoid ini lebih sedikit jumlahnya bila dibanding dengan
bunyi-bunyi kontoid. Hal ini karena terbatasnya pegaturan posisi lidah dan bibir ketika bunyi
itu diucapkan. (Muslich Masnur. 2014:46)
Dalam buku Masnur Muslich, Daniel Jones
(2014:47) menemukan delapan titik vokoid yang disebut dengan vokal kardinal
yang didiagramkan sebagai berikut.
B. Diftong
Menurut Heryadi Dedi (2014:43-44) diftong
yaitu bentuk persenyawaan dari dua vokoid, maka tentu dalam pelafalannya
diftong dapat melibatkan dua dasar ucap pelafalan vokoid.
Dua buah vokoid yang membangun bunyi
ujar diftong tersebut meninggalkan atau mewarnai khas difong yang membangunnya.
Misalnya, vokoid [a] dan vokoid [I] dapat membangun bunyi ujar diftong [ay].
Pada saat menuturkan bunyi diftong [ay] terasa dalam alat ucap kita dan terdengar
oleh telingfa kita vokoid [a] dan [I], namun dalam tempo yang sangat cepat.
Seolah-olah kedua vokoid tu bersenyawa.
Bunyi ujar diftong yang terdapat dalam
bahasa Indonesia dapat kita kenali dalam tuturan berikut.
[ay] = {saytan} {pantay} {panday}
[aw] = {awla} {sawdara} {kalaw}
[oy] = {boykot} {amboy}
Bunyi diftong dalam bahasa Indonesia
tampaknya hanya ada tiga macam. Ketiga macam tersebut dua bunyi ujar diftong
yaitu [ay dan oy] tidak pernah muncul pada awal tuturan. Diftong [aw] tampaknya
dapat menduduki berbagai posisi.
Jika melihat strukturnya diftong
terbangun dari urutan vokoid rendah diikuti vokoid tinggi diftong [ay] dibangun
oleh vokoid [a] sebagai vokoid rendah diikuti vokoid [I] vokoid tinggi. Diftong
[aw] dibangun oleh vokoid [a] sebagai vokoid rendah diikuti vokoid dalam [U]
sebagai vokoid tinggi. Diftong [oy] dibangun oleh vokoid [o] sebagai vokoid
pusat diikuti vokoid [I] sebagai vokoid tinggi.
Dalam buku Masnur Muslich diftong dibagi
menjadi dua macam, yaitu diftong menaik dan diftong menurun.
a.
Diftong
Menurun
Diftong menurun adalah diftong ketika
perangkapan bunyi vokoid itu diucapkan, vokoid pertama bersonoritas, sedangkan
vokoid kedua kurang bersonoritas bahkan mengarah ke bunyi nonvokoid.
Contoh:
[pulaw]
‘pulau’ [sampay] ‘sampai’
[harimaw] ‘harimau’ [ramay] ‘ ramai’
Sedangkan dalam buku Heryadi Dedi
Diftong menurun yaitu bunyi vokal vokoid yang membuat posisi lidah menjadi
menurun.
Contoh:
[diya] ‘dia’
[semuwa] ‘semua’
b.
Diftong
menaik
Diftong menaik dalah diftng ketika
perangkapan bunyi vokoid itu diucapkan, vokoid pertama kurang atau menurut
sonoritasnya dan mengarah ke bunyi nonvokoid sedangkan vokoid kedua mengguat
sonoritasnya.
Contoh:
[mwa] ‘moi’
(bahasa Francis)
[sabwa] ‘sebuah’
(bahsa Minang)
Sedangkan dalam buku Heryadi Dedi
diftong menaik yaitu dilihat dari posisi lidah yang awalnya di bawah naik ke
atas.
Contoh:
[ataw] ‘atau’
[vokoid]
‘vokoid’
C. Semi
Vokoid
Urutan
dua atau lebih vokoid dalam suatu tuturan tidak selamanya membentuk diftong
melainkan pula berupa vokoid-vokoid yang berdiri sendiri-sendiri. Vokoid
–vokoid yang berdiri sendiri dalam urutan vokoid suatu tuturan ada di antaranya
yang dapat menuntut munculnya bunyi pelancar ucap, misalnya vokoid [I] sebagai
vokoid tinggi diikuti vokoid [a] sebagai vokoid rendah dalam tuturan {dIya}.
Kedua buah vokoid pada tuturan ini masing-masing diucapkan dalam tempo yang
normal atau biasa hanya diantara penuturan dua buah vokoid [I] dan [a] itu
muncul bunyi tuturan antara [y] yang sering disebut bunyi pelancar ucap. Bunyi
pelancar ucap ini disebut bunyi ujar semivokoid. (Heryadi, Dedi. 2014:48)
Bunyi
ujar semu vokoid bahasa indonesia dapat
dikenali pada contoh berikut.
[y] = {indonesiya} {manusiya} {Idyalismð}
[w]
= {dUwa} {sðmuwα} {kðtUwa} { kUw}
Semi vokoid dalam bahasa indonesia hanya ada
dua macam yaitu [y] dan [w]. Semivokoid [y] muncul diantara vokoid [I], [i],
dengan vokoid [a], [α], atau vokoid [e], [ε] dengan vokoid [a], [α] dan
semivokoid [w] muncul diantara vokoid [U], [u] dengan vokoid [a], [α] atau [o],
[σ] dengan vokoid [a], [α] dan vokoid [U], [u] dengan vokoid [e], [ε]. Kedua
semi vokoid itu tampaknya dapat mucul pada bagian awal, tengah, dan akhir
tuturan.
Contoh:
Pada bagian awal: {Iyalah} {Uwang}
Pada bagian tengah: {BagIyan} {sðrUwan}
Pada bagian akhir: {sðtIya} {sðmuwa}.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Vokoid adalah bunyi ujar yang dihasilkan
dengan tanpa merintangi udara yang keluar dari paru-paru dalam alat ucap kita.
Diftong adalah bunyi ujar yang dihasilkan dengan persenyawaaan atau perpaduan
dua buah vokoid. Menurut ahli tata bahasa tradisional diftong adalah dua buah
vokoid yang dituturkan dalam satuan waktu atau bersamaan. Semi vokoid adalah
perpaduan antara dua buah vokoid yaitu vokoid rendah dan vokoid tinggi.
B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas penulis
menyarankan kepada pembaca untuk untuk dapat meningkatkan pemahaman mengenai
vokoid, diftong dan semi vokoid. Penulis pun menyadari bahwa makalah ini masih
memiliki banyak kekurangan, oleh sebab itu, penulis menyarankan kepada pembaca
untuk tetap terus menggali sumber-sumber yang menunjang terhadap pembahasan
makalah ini untuk perbaikan yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Heryadi, Dedi. 2014. Fonologi Bahasa Indonesia dalam Nuansa Pembelajaran.
Tasikmalaya.
Muslich, Masnur. 2014. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
0 Response to "Fonologi - Vokoid, Diftong, dan Semi Vokoid"
Post a Comment