MEMILIH MATERI, METODE, DAN PENILAIAN KETERAMPILAN BERBICARA
MEMILIH MATERI, METODE, DAN PENILAIAN
KETERAMPILAN BERBICARA
Kelompok 8
Fani Nurazmi 172121002
Meitsa Widi Nuraeni
Lisanti 172121005
Hasna Maulida
Mulyana 172121028
Astri Asri
Sitanggang 172121035
ABSTRAK
Kajian ini berjudul
“Memilih materi, metode, dan penilaian keterampilan berbicara”. kajian ini
dilatar belakangi oleh ketidaksesuian guru dalam memilih materi,metode dan
penilaian keterampilan berbicara sehingga menyulitkan siswa dalam proses
pemebelajaran. Berdasarakan hal tersebut, kajian ini bertujuan untuk membantu
guru dalam mengajar agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif
sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Metode yang diapakai dalam penulisan
kajian ini adalah tinjauan pustaka.
Kata kunci : Memilih
Materi, Metode dan Penilaian
ABSTRACT
The study was entitled
"Selecting materials, methods, and assessment of speaking skills".
this study is based on teacher incompatibility in choosing materials, methods
and assessment of speech skills, making it difficult for students in the learning
process. Based on this, this study aims to assist teachers in teaching so that
the learning process can run effectively in accordance with the applicable
curriculum. The method used in writing this review is a literature review.
Keywords: Selecting Material,
Methods and Assessment
A. PENDAHULUAN
Berbicara merupakan suatu keterampilan dalam berbahasa dan mempunyai
peranan sosial yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Berbicara merupakan
alat komunikasi yang sangat vital. Kemampuan berbicara seseorang turut
menentukan kesuksesan kariernya. Begitu pentingnya berbicara sehingga
keterampilan dalam berbicara ini merupakan salah satu sasaran dalam pembelajran
bahasa Indonesia.
Pentingnya keterampilan
berbicara bukan saja bagi guru, tetapi juga bagi siswa sebagai subjek dan objek
didik. Namun pada kenyataannya, dalam mengajarkan pembelajaran bahasa Indonesia
guru harus bisa memilih materi, menentukan metode, dan penilaian sesuai dengan
kondisi dan situasi siswa.
Dalam makalah ini kami
menmaparkan mengenai memilih materi, metode dan penilaian keterampilan
berbicara.
B.
PEMBAHASAN
1. Memilih
Materi Keterampilan Berbicara
Pemilihan atau penentuan materi pembelajaran
berbicara harap disesuaikan dengan butir-butir materi yang telah digariskan
didalam standar isi. Selain itu, pemilihan materi juga disesuaikan dengan
tingkat kelas, peserta didik situasi dan kondisi serta kompetensi dasar yang
harus dicapai pada setiap tingkat. Disamping itu, pemilihan materi harus
dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa dan kecakapan hidup.
Contoh materi keterampilan berbicara yang harus
dicapai dalam kegiatan pembelajaran peserta didik di SD antara lain bercerita,
bertelepon, menyampaikan informasi atau pesan yang diperoleh dari berbagai
sumber, tanya jawab dengan teman berbalas pantun mendongeng, wawancara dengan
narasumber dan pidato. Materi berbicara sebaiknya disesuaikan dengan situasi
dan kondisi siswa. Misalnya guru memberi soal tentang Candi Borobudur tetapi
siswa belum mengetahui tentang Candi Borobudur. Demikian juga materi wawancara
dan yang lainnya harus disesuaikan dengan kondisi yang melingkupi siswa. Semua
materi berbicara harus dihubungkan dengan keterampilan menyimak, membaca dan
menulis serta kebahasaan.
2. Metode
Keterampilan Berbicara
Metode pembelajaran berbicara yang baik harus
memenuhi berbagai kriteria. Kriteria itu berkaitan dengan tujuan, bahan,
pembinaan keterampilan proses, dan pengalaman belajar. Kriteria yang harus
dipenuhi oleh metode pembelajaran berbicara, antara lain:
a) Relevan dengan
tujuan,
b) Memudahkan siswa
memahami materi pembelajaran,
c) Mengembangkan
butir-butir keterampilan proses,
d) Dapat mewujudkan
pengalaman belajar yang telah dirancang,
e) Merangsang siswa
untuk belajar,
f) Mengembangkan
penampilan siswa,
g) Mengembangkan
keterampilan siswa,
h) Tidak menuntut
peralatan yang rumit,
i) Mudah dilaksanakan,
dan
j) Menciptakan suasana
belajar mengajar yang menyenangkan.
Adapun syarat minimal yang harus dipenuhi guru
berbicara adalah:
a) Penguasaan materi,
b) Cara mengajarkan
berbicara, 9
c) Mempunyai pengalaman
dengan berbagai ragam metode atau teknik pembelajaran,
d) Mahir berbicara.
Berikut
ini dipaparkan sejumlah metode berbicara yang dikemukakan oleh Tarigan (1990).
1). Memerikan
Memerikan
berarti menjelaskan, menerangkan, melukiskan atau mendeskripsikan sesuatu.
Siswa disuruh memperlihatkan sesuatu berupa benda atau gambar, kesibukan lalu
lintas, melihat pemandangan atau gambar secara teliti. Kemudian siswa diminta
memerikan sesuatu yang telah dilihatnya.
Guru : (memperlihatkan gambar seorang anak
pergi ke sekolah bersama temantemannya dalam beberapa menit).
Siswa
: (setelah memperhatikan gambar tersebut, ia berbicara) serombongan anak pergi
ke sekolah. Mereka berpakaian bersih dan sopan. Seragam sekolah mereka berwarna
putih dan merah dipadu dengan ropi merah puti kotak-kotak. Mereka tampak sehat
dan ceria.....dst.
2) Menjawab
Pertanyaan
Siswa yang susah atau malu berbicara,
dapat dipancing untuk berbicara dengan menjawab pertanyaan mengenai dirinya,
misalnya mengenai nama, usia, tempat tinggal, pekerjaaan orang tua, dan
sebagainya. Guru : Apa pekerjaan orang tuamu? Siswa : Berjualan makanan.
Guru : Makanan apa?
Siswa : Lauk pauk sebagi teman nasi
ketika makan...dst.
3) Bertanya
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya merupakan salah satu cara agar siswa berlatih berbicara. Melalui
pertanyaan siswa dapat menyatakan keingintahuannya terhadap sesuatu hal.
Tingkat atau jenjang pertanyaan yang diutarakan melambangkan tingkat kedewasaan
siswa. Melalui pertanyaan-pertanyaan yang sistematis siswa dapat menemukan
sesuatu yang diinginkannya.
Contoh:
Guru menyimpan sebuah benda tertutup. Siswa diminta untuk menebak benda dengan
mengajukan pertanyaan. Pada pertanyaan ke-10 siswa harus sudah menebak atau
mengetahui bendanya.
Siswa
: Apakah benda hidup?
Guru
: Bukan Siswa : Apakah bisa dimakan?
Guru
: Ya....dst
Melanjutkan Cerita
Dalam pembelajaran ini guru menyiapkan
cerita yang belum selesai. Para siswa disuruh melanjutkan cerita yang tidak
selesai seorang demi seorang paling banyak lima orang. Pada bagian akhir
kegiatan memeriksa jalan cerita apakah sistematis, logis, atau padu.
4) Menceritakan
Kembali
Pembelajaran berbicara dengan teknik
menceritakan kembali dilakukan dengan cara siswa membaca bahan itu dengan
seksama. Kemudian guru meminta siswa menceritakan kembali isi bacaan dengan
kata-kata sendiri secara singkat.
5) Percakapan
Percakapan adalah pertukaran pikiran
atau pendapat mengenai suatu topik antardua orang atau lebih. Dalam percakapan
ada dua kegiatan yaitu menyimak dan berbicara silih berganti. Suasana dalam
percakapan biasanya akrab, spontan, dan wajar. Topik pembicaraan adalah hal
yang diminati bersama. Percakapan merupakan suasana pengembangan keterampilan
berbicara.
6) Parafrase
Parafrase
artinya beralih bentuk, misalnya memprosakan isi puisi menjadi prosa. Dalam
pararfase, guru menyiapkan sebuah puisi yang cocok bagi kelas itu. Guru
membacakan puisi itu dengan suara jelas, intonasi yang tepat,tan normal. Siswa
menyimak pembacaan dan kemudian menceritakannya dengan kata-kata sendiri.
Contoh:
Kemarau
Sungai-sungaiku
kering
Melatiku
layu Dan rumput pun kecoklatan
Bilakah
engkau pergi?
Agar
semua berseri kembali
Sejak
kehadiranmu
Ternak
tak ada yang merumput
Margasatwa
enggan berdendang
Dan
debu jalanan
Menyesakkan
nafas
Bentuk
parafrasenya, di antaranya sebagai contoh alternatif di bawah ini.
(Pada musim kemarau,
tanah tandus dan) sungai-sungai (di daerah) ku kering (Bunga-bunga semua
kering, juga bunga) Melati (kesayangan)ku layu.
(Begitu juga keadaan) rumput (yang ada di
depan rumahku) pun kecoklatan (kekeringan, bagaikan terbakar matahati).
Bilakah engkau (musim
kemarau berganti musim hujan) pergi?
Agar semua (tanaman dan
semua hewan sertta manusia bisa) berseri kembali
Sejak kehadiranmu
(musim kemarau yang pnjang ini)
Ternak (yang ada di
kampumgku) tak ada yang merumput
Margasatwa enggan
berdendang (mereka tak sanggup lagi berdendang karena kepanasan)
Dan debu (di) jalanan
(sangat tebal)
(Dapat) . Menyesakkan
nafas (setiap orang yang melewatinya).
7) Bermain
Peran
Ketika
bermain peran, siswa bertindak dan berperilaku seperti orang yang
diperankannya. Dari segi bahasa, berarti siswa harus mengenl dan dapat
menggunakan ragambahasa. Bermain peran
agak mirip dengan dramatisasi dan sosiodrama tetapi ketiganya berbeda. Bermain
peran lebih sederhana dalam segla hal daripada sosiodrama ataupun dramtisasi.
8) Wawancara
Wawancara
atau interviu adalah percakapan dalam bentuk tanya jawab. Pewawancara biasanya
wartawan atau penyiar radio dan televisi. Biasanya mereka mewawancarai orang
berprestasi, ahli atau istimewa, misalnya pejabat, tokoh, pakar dalam bidang
tertentu, juara. Melalui kegiatan wawancara, siswa berlatih berbicara dan
mengembangkan keterampilannya. Mereka dapat berlatih mewawancarai pedagang atau
penjaga di sekitar sekolah. Kemudian, mereka melaporkan hasil pekerjaannya
secara berkelompok maupun individu.
9) Memperlihatkan
dan Bercerita
Siswa
disuruh membawa benda-benda yang mereka sukai dan Bercerita tentang benda
tersebut. Kegiatan ini merupakan jembatan yang menyenangkan antara rumah dan
sekolah. Hal yang dapat dilakukan guru yaitu pertama mendorong siswa dengan
cara membantu mereka merencanakan cerita yang akan dikemukakannya dan kedua,
menyuruh siswa lain menyiapkan pertanyaan yang menggunakan kata tnya: apa, siapa,
kapan, mengapa, di mana, dan bagaimana.
3. Penilaian
keterampilan berbicara
Ada dua jenis penilaian yang digunakan dalam pembelajaran
berbicara, yaitu penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses
dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung untuk menilai sikap siswa
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Penilaian hasil dilakukan berdasarkan
unjuk kerja yang dilakukan siswa ketika menyajikan kompetensi berbicara yang
dituntut kurikulum atau mempresentasikan secara individual.
Dalam penilaian proses digunakan lembar penilaian sikap (afektif)
yang terdiri dari aspek: (1) kedisiplinan; (2) minat; (3) kerja sama; (4)
keaktifan; dan (5) tanggung jawab. Dalam penilaian hasil digunakan rubrik
penilaian untuk mengetahui kompetensi siswa dalam berbicara, misalnya
menanggapi pembacaan cerpen. Ada beberapa aspek yang dinilai, yaitu (1) kelancaran menyampaikan
pendapat/tanggapan; (2) kejelasan vokal; (3) ketepatan intonasi; (4) ketepatan
pilihan kata (diksi); (5) struktur kalimat (tuturan); (6) kontak mata dengan
pendengar; (7) ketepatan mengungkapkan gagasan disertai data tekstual.
Penilaian kompetensi berbicara yang dilakukan dengan unjuk
kerja/performance yang utama perlu diukur adalah yang berkaitan dengan
penggunaan bahasa seperti penguasaan lafal, struktur, dan kekayaan kosa kata.
Selain itu, juga penguasaan masalah yang menjadi bahan pembicaraan, bagaimana
siswa memahami topik yang dibicarakan dan mampu mengungkapkan gagasan di
dalamnya, serta kemampuan memahami bahasa lawan bicara ( Burhan Nurgiyantoro,
2001:276).
Penilaian kemampuan berbicara haruslah membiarkan siswa untuk
menghasilkan bahasa dan mengemukakan gagasan melalui bahasa yang sedang
dipelajarinya. Dengan kata lain, penilaian berbicara harus dilakukan dengan
praktik berbicara. Jadi, bentuk penilaian pembelajaran berbicara seharusnya
memungkinkan siswa untuk tidak saja mengucapkan kemampuan berbahasanya,
melainkan juga mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaannya sehingga
penilaian ini bersifat fungsional (Burhan Nurgiyantoro, 2001:278).
Berikut contoh model
penilaian berbicara:
1.
Pembicaraan berdasarkan gambar
a.
Pemberian pertanyaan
b.
Bercerita (menceritakan gambar)
2.
Wawancara
3.
Bercerita
4.
Berpidato
5. Diskusi
6. Bermain
peran
Dalam menggunakan bentuk-bentuk penilaian di atas, pelaksanaannya
tetap harus focus pada aspek kognitif . Meskipun aspek psikomotor yang berupa
gerakan mulut, ekspresi mata, dan gesture lainjuga harus dinilai, 6 tingkatan
aspek kognitif Bloom yang berkaitan dengan pengembangan kemampuan berpikir
tetap harus menjadi focus utama karena berkaitan dengan kemampuan menuangkan
gagasan (Ibid, 2001:291-292). Keenam tingkatan berpikir ( C1 – C6) dari yang
paling rendah hingga paling tinggi (mengingat, memahami, menerapkan,
menganalisis, mensintesiskan, dan mengevaluasi) harus dinilai dengan
menggunakan rubric dan penyekoran yang tepat sehingga tidak ada siswa yang
dirugikan karena kompetensi tiap siswa terukur dengan alat ukur.
Keberhasilan suatu kegiatan tentu memerlukan
penilaian. Pengajaran keterampilan berbicara merupakan salah satu kegiatan di
dalam pengajaran bahasa Indonesia yang memerlukan penilaian tersendiri. Berikut
ini terdapat beberapa hal yang akan dipaparkan mengenai kriteria penilaian
dalam pengajaran keterampilan berbicara.
Suhendar
(1992: 118-131) mengemukakan bahwa bila kita akan menilai kemampuan berbicara
seseorang sekurang-kurangnya ada enam hal yang harus diperhatikan. Keenam
tersebut sebagai berikut:
1) Lafal,
2) Struktur,
3) Kosakata, 13
4) Kefasihan,
5) Isi pembicaraan,
6) Pemahaman.
Sapani
(1990: 12-16) berpendapat mengenai penilaian keterampilan berbicara.
Keterampilan berbicara ini mencakup tiga aspek sebagai berikut.
1) Bahasa lisan yang
digunakan, meliputi: lafal dan intonasi, pilihan kata, struktur bahasa, serta
gaya bahasa dan pragmatik,
2) Isi pembicaraan,
meliputi: hubungan isi topik, struktur isi, kuantitas isi, serta kualitas isi,
3) Teknik dan
penampilan, meliputi: gerak-gerik dan mimik, hubungan dengan pendengar, volume
suara, serta jalannya pembicaraan. Dari kedua pendapat tokoh di atas, pada
prinsipnya mengacu pada penilaian kemampuan berbicara yang secara garis besar
mencakup ke dalam tiga aspek, yaitu: menyangkut bahasa yang dilisankan, isi
pembicaraan, teknik, dan penampilan.
C. KESIMPULAN
Pemilihan
atau penentuan materi pembelajaran berbicara harap disesuaikan dengan
butir-butir materi yang telah digariskan didalam standar isi. Menurut Tarigan
mengemukakan bahwa metode dalam keterampilan berbicara diantaranya menjelaskan,
menjawab pertanyaan, bertanya, melanjutkan cerita, dan menceritakan kembali. Ada dua jenis penilaian yang digunakan dalam pembelajaran
berbicara, yaitu penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses
dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung untuk menilai sikap siswa
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Purba,
Salamat. 2009. Pembelajaran Berbicara.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Iskandar,
Deni. 2014. Penilaian Keterampilan
Berbicara. http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/196606291991031-DENNY_ISKANDAR/MATERI_BERBICARA_SMP.pdf.
Diakses 20 Februari 2018.
Sukarto, 2010. Metode keterampilan Berbicara. http://suksesbersamasukarto.blogspot.co.id/2010/02/berbacara-dan-pembelajarannya.html.
Diakses 20 Februari 2018.
0 Response to "MEMILIH MATERI, METODE, DAN PENILAIAN KETERAMPILAN BERBICARA"
Post a Comment