ANALISIS CERPEN ASMARADANA
Nama : Erlin Cahya Lestari
Kelas : 1A
NPM : 172121001
Tugas : Analisis Sastra
Sosiologi Pengarang dalam Cerpen Asmaradana Karya Danarto
Karya yang diciptakan Danarto adalah karya-karya yang bernuansa mistis, dengan gaya surealis bebasnya. Salah satunya adalah cerpen Asmaradana. Cerpen ini mengisahkan seorang gadis bernama Salome yang begitu merindukan Tuhan dan ingin sekali melihatnya. Pengalaman-pengalaman spiritual yang pernah dialaminya, mungkin menjadi sebuah pijakan tersendiri untuk menyebutnya sebagai seorang surealis. Pengalaman-pengalaman spiritual tersebut kemudian diuraikan dalam cerpen-cerpennya, yang lebih sering tercampur dengan persoalan-persoalan sosial membuat pembaca terasa memasuki dunia lain sekaligus begitu dikenal, seorang realis sekaligus surealis.
Asmaradana sendiri dapat diartikan sebagai rasa cinta yang sangat mendalam pada lawan jenis. Dalam cerpen Asmaradana karya Danarto ini, rasa cinta tersebut ditujukan pada Tuhan. Namun, sepertinya Danarto sedikit nyeleweng dari latar belakang kepercayaannya, yakni Islam. Danarto menghadirkan cerpen Asmaradana dengan latar belakang metologi Yunani. Namun pesan yang terkandung di dalamnya dapat diterima oleh semua kepercayaan. Bahwa tidaklah benar melakukan hal-hal konyol, licik, dan keji agar bisa bertemu Tuhan. Pengarang sepertinya ingin menyampaikan pesannya melalui jalan cerita yang tak biasa.
Kelas : 1A
NPM : 172121001
Tugas : Analisis Sastra
Sosiologi Pengarang dalam Cerpen Asmaradana Karya Danarto
Karya yang diciptakan Danarto adalah karya-karya yang bernuansa mistis, dengan gaya surealis bebasnya. Salah satunya adalah cerpen Asmaradana. Cerpen ini mengisahkan seorang gadis bernama Salome yang begitu merindukan Tuhan dan ingin sekali melihatnya. Pengalaman-pengalaman spiritual yang pernah dialaminya, mungkin menjadi sebuah pijakan tersendiri untuk menyebutnya sebagai seorang surealis. Pengalaman-pengalaman spiritual tersebut kemudian diuraikan dalam cerpen-cerpennya, yang lebih sering tercampur dengan persoalan-persoalan sosial membuat pembaca terasa memasuki dunia lain sekaligus begitu dikenal, seorang realis sekaligus surealis.
Asmaradana sendiri dapat diartikan sebagai rasa cinta yang sangat mendalam pada lawan jenis. Dalam cerpen Asmaradana karya Danarto ini, rasa cinta tersebut ditujukan pada Tuhan. Namun, sepertinya Danarto sedikit nyeleweng dari latar belakang kepercayaannya, yakni Islam. Danarto menghadirkan cerpen Asmaradana dengan latar belakang metologi Yunani. Namun pesan yang terkandung di dalamnya dapat diterima oleh semua kepercayaan. Bahwa tidaklah benar melakukan hal-hal konyol, licik, dan keji agar bisa bertemu Tuhan. Pengarang sepertinya ingin menyampaikan pesannya melalui jalan cerita yang tak biasa.
Sosiologi Karya Sastra dalam Cerpen Asmaradana Karya Danarto
Cerpen Asmaradana karya Danarto merupakan cerpen yang sangat jenius, penuh kejutan dan mempunyai makna yang dalam. Membaca cerpen Asmaradana tidak hanya mengajak kita untuk melihat manusia, dunia dan isinya, namun memaksa kita memasuki dunia religiusitas. Cerpen dengan latar belakang kerajaan dicampur aduk dengan mistis, kemolekan, pencarian, dan ketragisan. Danarto berusaha menyuguhkan permainan bahasa yang lebih ditekankan dalam hal bentuk-gaya dan mulai sedikit meninggalkan isi. Salome merupakan tokoh sentral dalam cerpen ini. Ia merupakan putri kerajaan yang cantik, molek, dan baru berusia tujuh belas tahun. Di usia yang masih tergolong muda itu, Salome menjadi wanita muda yang pintar, petualang dan berpendirian keras. Ia akan melakukan segalanya sesuai dengan apa yang diinginkan. Masa muda Salome tidak diisi dengan kegiatan-kegiatan seperti gadis sepantarannya. Ia mempunyai imajinasi yang sulit diterjemahkan oleh orang lain, apalagi untuk membantu mewujudkan mimpinya tersebut. Dalam tekanan batin yang terus bergelora dan segala keinginan yang tidak segera dapat direalisasikan, Salome tumbuh menjadi gadis yang liar.
Salome hidup di kelilingi oleh harta dan kekayaan. Ayahnya (ayah tiri) adalah seorang Raja, bernama Herodes, dan Ibunya bernama Herodiah. Keduanya sangat menyayangi anaknya tersebut, sebagaimana keluarga yang lain. Setelah tumbuh dewasa, Salome dibujuk oleh kedua orang tuanya agar segera mencari jodoh agar mereka segera mempunyai cucu yang akan meneruskan kekuasaan kerajaan. Namun, keinginan kedua orangtuanya tidak pernah kesampaian karena terlalu sulit mewujudkan permintaan Salome sebagai syarat pernikahannya. Sebagai orangtua dan sekaligus pemimpin kerajaan, kedua orangtua Salome berusaha membiarkan apa yang diinginkan anaknya. Mereka hanya berusaha menjaga agar anak satu-satunya tersebut tetap aman dan baik, dengan cara mengutus para kesatria kerajaan. Mereka bertugas mengurus dan menjaga keselamatan Salome.
Jangan berlebihan, anakku, kata Herodes lirih
Baiklah, Ayah. Bahkan apa yang aku pikirkan sebenarnya sederhana sekali, balas Salome.
Engkau mencari yang tidak ada, kata Herodiah sambil memeluknya.
Dialog di atas merupakan sebagian pencarian dari beberapa bagian yang memperlihatkan keberadaan Salome. Ia menjadi orang yang panik karena keinginannya sendiri. Kekecewaan atas keinginan yang tidak kunjung dapat diraih, dilampiaskan dengan melakukan tindakan menyalahi tata tertib kehidupan istana. Kadang pada satu ketika Salome menyiksa diri dengan cara tidak makan, tidak memperhatikan kesehatan dan kebersihan diri, dan membiarkan rasa lapar dan kantuk yang menggelanyuti dirinya. Ia menjadi makhluk yang tidak peduli pada kehidupan duniawi dan terus melakukan pencarian. Salome memimpikan bertemu sosok Tuhan. Ia ingin melihat sosok Tuhan dengan cara melakukan apapun, baik yang disukai-Nya maupun yang tidak. Kesenangan duniawi bukan merupakan hal yang menarik, namun kenikmatan akan didapatkan dengan cara melihat wajah Tuhan. Salome menjadi pribadi yang liar, spontan, dan licik, sebatas kemampuan kelicikan manusia. Berbagai hal telah ia lakukan, baik hujan-hujanan di hutan, menyepi dari keramaian, telanjang, menari telanjang, menenteng kepala Yahya Sang Pembaptis (sebagai wakil Tuhan di bumi), serta perbuatan brutal dan tidak terkendali lainnya. Tuhan menjadi sosok yang mistrius bagi Salome. Mistri keberadaan Tuhan terus menghantui keseharian Salome. Namun, Tuhan mempunyai kehendak sendiri yang tidak mau dikendalikan manusia. Ia tidak mau memenuhi panggilan Salome dan bahkan hingga Salome mati pun Tuhan tidak akan pernah mau menemui Salome. Pada batas ini, manusia masih berada di belakang kendali Tuhan. Perlawanan atas kodrat hanya akan membawa kepada penderitaan dan penyiksaan batin. Semakin manusia mencari-cari Tuhan maka semakin bersembunyi.
Salome hidup di kelilingi oleh harta dan kekayaan. Ayahnya (ayah tiri) adalah seorang Raja, bernama Herodes, dan Ibunya bernama Herodiah. Keduanya sangat menyayangi anaknya tersebut, sebagaimana keluarga yang lain. Setelah tumbuh dewasa, Salome dibujuk oleh kedua orang tuanya agar segera mencari jodoh agar mereka segera mempunyai cucu yang akan meneruskan kekuasaan kerajaan. Namun, keinginan kedua orangtuanya tidak pernah kesampaian karena terlalu sulit mewujudkan permintaan Salome sebagai syarat pernikahannya. Sebagai orangtua dan sekaligus pemimpin kerajaan, kedua orangtua Salome berusaha membiarkan apa yang diinginkan anaknya. Mereka hanya berusaha menjaga agar anak satu-satunya tersebut tetap aman dan baik, dengan cara mengutus para kesatria kerajaan. Mereka bertugas mengurus dan menjaga keselamatan Salome.
Jangan berlebihan, anakku, kata Herodes lirih
Baiklah, Ayah. Bahkan apa yang aku pikirkan sebenarnya sederhana sekali, balas Salome.
Engkau mencari yang tidak ada, kata Herodiah sambil memeluknya.
Dialog di atas merupakan sebagian pencarian dari beberapa bagian yang memperlihatkan keberadaan Salome. Ia menjadi orang yang panik karena keinginannya sendiri. Kekecewaan atas keinginan yang tidak kunjung dapat diraih, dilampiaskan dengan melakukan tindakan menyalahi tata tertib kehidupan istana. Kadang pada satu ketika Salome menyiksa diri dengan cara tidak makan, tidak memperhatikan kesehatan dan kebersihan diri, dan membiarkan rasa lapar dan kantuk yang menggelanyuti dirinya. Ia menjadi makhluk yang tidak peduli pada kehidupan duniawi dan terus melakukan pencarian. Salome memimpikan bertemu sosok Tuhan. Ia ingin melihat sosok Tuhan dengan cara melakukan apapun, baik yang disukai-Nya maupun yang tidak. Kesenangan duniawi bukan merupakan hal yang menarik, namun kenikmatan akan didapatkan dengan cara melihat wajah Tuhan. Salome menjadi pribadi yang liar, spontan, dan licik, sebatas kemampuan kelicikan manusia. Berbagai hal telah ia lakukan, baik hujan-hujanan di hutan, menyepi dari keramaian, telanjang, menari telanjang, menenteng kepala Yahya Sang Pembaptis (sebagai wakil Tuhan di bumi), serta perbuatan brutal dan tidak terkendali lainnya. Tuhan menjadi sosok yang mistrius bagi Salome. Mistri keberadaan Tuhan terus menghantui keseharian Salome. Namun, Tuhan mempunyai kehendak sendiri yang tidak mau dikendalikan manusia. Ia tidak mau memenuhi panggilan Salome dan bahkan hingga Salome mati pun Tuhan tidak akan pernah mau menemui Salome. Pada batas ini, manusia masih berada di belakang kendali Tuhan. Perlawanan atas kodrat hanya akan membawa kepada penderitaan dan penyiksaan batin. Semakin manusia mencari-cari Tuhan maka semakin bersembunyi.
Sosiologi Pembaca dalam Cerpen Asmaradana Karya Danarto
Melalui cerpen Asmaradana ini, Danarto ingin menyampaikan kepdasa pembaca bahwasannya eksistensi manusia hanya sebatas sebagai makhluk, sedangkan Tuhan adalah sang Pencipta. Ia yang mengendalikan semua dan menjadi super power yang tidak pernah bisa tertandingi. Tidak ada satupun yang mampu menandingi kekuatan Tuhan, apalagi salome yang seorang manusia biasa.
Jangan salah lihat, Tuhan. Inilah utusan-Mu, Yahya pembaptis. Jikalau manusia yang paling Engkau kasih sayangi sudah bertekuk lutut di bawah telapak kakiku, lantas apa daya-Mu? Inilah panahku yng terkhir bagi-Mu. Inilah senjataku yang penghabisan yang terampuh. Ayo Tuhan! Murkalah padaku! Tunjukan wajah-Mu. Kirim banjir besar kepadaku! Kirim gempa bumi untuk kamarku. Ayo Tuhan!
Demikianlah Salome dengan semangat yang berkobar-kobar ia berteriak-teriak terus, mengelilingi kepla Yahya terus, hingga tanpa terasa ia telah melakukannya selama Sembilan bulan,tetapi Tuhan tidak megirimkan apa-apa. Tidak pula menampakkan wajah-Nya. Akhirnya Salome putus asa. “Aku kalah, Tuhan. Aku menyerah tangis Salome tersedu-sedu, sambil memeluk kepala Yahya Pembaptis.
Danarto menyajikan pesan yang ingin di sampaikan ke dalam kisah yang dramatis. Bagaimana seorang Salome yang telah melakukan berbagai cara, mulai dari cara biasa sampai cara yang tidak masuk akal dan keji, agar Tuhan mau untuk memperlihatkan wajahnya pada Salome. Meskipun cerpen ini berlatar belakang metologi Yunani, namun pesan yang disampaikan bersifat Universal. Bahwasannya Tuhan memiliki derajat yang tinggi dan tidak ada yang sanggup menandinginya. Meskipun kita sebagai manusia biasa tidak mampu melihat wujud Tuhan, namun harus tetap patuh pada perintah dan larangan-Nya.
Melalui cerpen Asmaradana ini, Danarto ingin menyampaikan kepdasa pembaca bahwasannya eksistensi manusia hanya sebatas sebagai makhluk, sedangkan Tuhan adalah sang Pencipta. Ia yang mengendalikan semua dan menjadi super power yang tidak pernah bisa tertandingi. Tidak ada satupun yang mampu menandingi kekuatan Tuhan, apalagi salome yang seorang manusia biasa.
Jangan salah lihat, Tuhan. Inilah utusan-Mu, Yahya pembaptis. Jikalau manusia yang paling Engkau kasih sayangi sudah bertekuk lutut di bawah telapak kakiku, lantas apa daya-Mu? Inilah panahku yng terkhir bagi-Mu. Inilah senjataku yang penghabisan yang terampuh. Ayo Tuhan! Murkalah padaku! Tunjukan wajah-Mu. Kirim banjir besar kepadaku! Kirim gempa bumi untuk kamarku. Ayo Tuhan!
Demikianlah Salome dengan semangat yang berkobar-kobar ia berteriak-teriak terus, mengelilingi kepla Yahya terus, hingga tanpa terasa ia telah melakukannya selama Sembilan bulan,tetapi Tuhan tidak megirimkan apa-apa. Tidak pula menampakkan wajah-Nya. Akhirnya Salome putus asa. “Aku kalah, Tuhan. Aku menyerah tangis Salome tersedu-sedu, sambil memeluk kepala Yahya Pembaptis.
Danarto menyajikan pesan yang ingin di sampaikan ke dalam kisah yang dramatis. Bagaimana seorang Salome yang telah melakukan berbagai cara, mulai dari cara biasa sampai cara yang tidak masuk akal dan keji, agar Tuhan mau untuk memperlihatkan wajahnya pada Salome. Meskipun cerpen ini berlatar belakang metologi Yunani, namun pesan yang disampaikan bersifat Universal. Bahwasannya Tuhan memiliki derajat yang tinggi dan tidak ada yang sanggup menandinginya. Meskipun kita sebagai manusia biasa tidak mampu melihat wujud Tuhan, namun harus tetap patuh pada perintah dan larangan-Nya.
0 Response to "ANALISIS CERPEN ASMARADANA"
Post a Comment