Fonologi - Pengertian Grafem


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Penulisan

Fonologi adalah suatu kajian bahasa yang berusaha mengkaji bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bunyi ujaran yang dimaksud adalah pembentukan fonem-fonem yang disatukan menjadi sebuah kata. Oleh fonologi, bunyi-bunyi ujaran ini dapat dipelajari dengan dua sudut pandang. Pertama, bunyi-bunyi ujaran dipandang sebagai media bahasa semata. Kedua, bunyi-bunyi ujaran dipandang sebagai bagian dari sistem bahasa. Bunyi-bunyi ujaran adalah unsur bahasa terkecil yang merupakan bagian dari struktur kata yang sekaligus berfungsi untuk membedakan makna. Fonologi yang memandang bunyi-bunyi ujaran sebagai bagian dari sistem bahasa disebut fonemik (Muslich, 2008: 2).
            Di dalam materi fonologi terdapat beberapa sub-sub materi yang mengkaji tentang tata ilmu kebahasaan, salah satunya adalah grafemik . Grafemik merupakan salah satu ilmu yang di dalamnya mempelajari  bunyi-bunyi bahasa yang telah disepakati.  Artinya, grafemik mempelajari  bunyi-bunyi bahasa sesuai dengan sistem dan aturan ejaan yang berlaku. Dalam hal bahasa Indonesia tentu menurut aturan yang disepakati dalam pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan.
B.     Rumusan Masalah     
  
1.      Apa yang dimaksud  dengan Grafem ?
2.      Apa yang dimakud Grafem Fonem Bahasa Indonesia ?
3.      Apa yang dimaksud Fonem ?
4.      Apa yang dimaksud Fonem-fonem resmi bahasa Indonesia ?
5.      Apa yang dimaksud dengan Alofon ?
6.      Apa Manfaat Fonemik untuk Ejaan?

C.    Tujuan Penulisan

1.      Dapat mengetahui apa itu Grafem.
2.      Dapat mengetahui Grafem Fonem .Bahasa Indonesia.
3.       Dapat mengetahui arti fonem.
4.      Dapat mengetahui Fonem-fonem resmi bahasa Indonesia.
5.      Dapat mengetahui apa itu Alofon.
6.      Dapat mengetahui Manfaat Fonemik untuk Ejaan.


BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Grafem
Grafem (bahasa Yunani: γράφω, gráphō, "menulis") adalah satuan unit terkecil sebagai pembeda dalam sebuah sistem aksara. Contoh grafem antara lain adalah huruf alfabet,aksara Tionghoaangkatanda baca, serta simbol dari sistem penulisan lain. Satu grafem dapat dipetakan tepat pada satu fonem, meskipun cukup banyak sistem ejaan yang memetakan beberapa grafem untuk satu fonem (misalnya grafem <n> dan <g> untuk fonem /ŋ/) atau sebaliknya, satu grafem untuk beberapa fonem (misalnya grafem <e> untuk fonem /e/ dan /ə/).
Grafem adalah system pelambangan bunyi alih-alih disebut system ejaan,pada dasarnya grafem adalah huruf. Grafem ada dua macam,yaitu grafem yang mengikuti system fonetis dan grafem yang mengikuti system fonemis.Grafem yang mengikuti system fonetis lebih popular disebut ejaan fonetis ini melambangkan bunyi-bunyi yang diucapkan penutur dalam bentuk huruf. Oleh karena itu,jumlah bunyi yang dilambangkan relative lebih banyak dari jumlah huruf yang terdapat dalam alphabet.Sementara itu,grafem yang mengikuti system fonemis lebih popular disebut ejaan fonemis ini melambangkan fonem-fonem bahasa tertentu dalam bentuk huruf. Jadi,pelambangan disesuaikan dengan bunyi-bunyi yang membedakan makna.  
B.  Grafem Fonem Bahasa Indonesia

Menurut pedoman EYD grafem-grafem untuk fonem-fonem bahasa Indonesia adalah sebagai berikut :

a.       Grafem fonem vokal
Fonem
Alofon
Grafem
Contoh
Awal
Tengah
Akhir
/i/
[i]
[I]
<i>
i.tu
a.pik
a.pi
/e/
[e]
[ɛ]
<e>
e.kor
mo.nyet
sa.te
/∂/
[∂]
<e>
e.mas
ke.ra
ka.de
/u/
[u]
[U]
<u>
u.ji
da.pur
la.gu
/o/
[o]
[]
<o>
o.bat
e.kor
bak.so
/a/
[a]
<a>
a.pi
pi.sah
lu.pa

b.      Grafem fonem diftong

Related

Fonem
Grafem
Contoh
Awal
Tengah
Akhir
/aw/
<au>
au.la
_
pu.lau
/ay/
<ai>
_
_
lan.dai
/oy/
<oi>
_
_
se.koi
/ey/
<ei>
_
_
sur.vei

c.        Grafem fonem konsonan

Fonem
Alofon
Grafem
Contoh
Awal
Tengah
Akhir
/b/
[b]
[p]
<b>
ba.ku
re.but
ja.wab
/p/
[p]
<p>
pa.ku
ba.pak
si.kap
/m/
[m]
<m>
mu.ka
a.man
da.lam
/w/
[w]
<w>
<u>
wa.ris
_
a.wan
_
_
li.mau
/f/
[f]
<f>
<v>
fa.sih
vi.ta.min
si.fat
av.tur
ak.tif
_
/d/
[d]
[t]
<d>
da.ta
a.dat
a.bad
/t/
[t]
<t>
ta.ri
ba.tik
de.kat
/n/
[n]
<n>
na.si
ta.nam
ja.lan
/l/
[l]
<l>
la.ri
ma.lam
ba.tal
/r/
[r]
<r>
ra.sa
ke.ras
be.nar
/z/
[z]
<z>
za.kat
ra.zia
a.ziz
/s/
[s]
<s>
sa.kit
a.sap
ba.las
/ʃ/
[ʃ]
<sy>
sya.hid
a.syar
a.rasy
/ñ/
[ñ]
<ny>
nya.la
ba.nyak
_
/j/
[j]
<j>
ja.la
a.jal
_
/c/
[c]
<c>
ca.ri
a.car
_
/y/
[y]
<y>
<i>
ya.tim
_
a.yun
_
_
la.lai
/g/
[g]
<g>
gi.la
la.gu
_
[k]
<k>
_
_
gu.dek
/k/
[k]
<k>
ki.ra
a.kal
ja.rak
/ᶇ/
[ᶇ]
<ng>
nga.nga
a.ngin
a.bang
/x/
[x]
<kh>
Khas
a.khir
ta.rikh
/h/
[h]
<h>
ha.bis
ba.hu
su.dah
/?/
[?]
<k>
<Ø>
_
_
nik.mat
sa.at
ba.pak
_

C.  Fonem
Fonem adalah kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan makna. Perlu di ingat bahwa karena fonem merupakan penamaan system bunyi yang membedakan makna, maka jumlah fonem tentu lebih sedikit dari bunyi-bunyi yang ada. Bahkan,jumlah dan variasi bunyi bahasa Indonesia yang tak bias dipastikan jumlahnya itu, sebenarnya merupakan realisasi dari system fonem yang   terbatas jumlahnya. Berdasarkan hasil penelitian,fonem bahasa Indonesia berjumlah sekitar 6 fonem vocal dan 22 fonem konsonan. Dikatakan “sekitar” karena jumlahnya masih bias berubah. Hal ini sangat tergantung pada korpus data.
Fonem merupakan satuan bahasa terkecil yang bersifat abstrak dan mampu menunjukkan kontras makna atau abstraksi dari satu atau sejumlah fon, entah vokal maupun konsonan. Karena bersifat abstrak, fonem bukanlah satuan bahasa yang tidak nyata, bukan maujud yang dapat diindera.
Memang banyak versi mengenai definisi atau konsep fonem. Namun, intinya adalah satu kesatuan bunyi terkecil yang dapat membedakan makna kata. Bagaimana kita tahu sebuah bunyi adalah fonem atau bukan fonem. Banyak cara dan prosedur telah dikemukakan oleh berbagai pakar. Namun, intinya adalah kalau kita ingin mengetahui sebuah bunyi adalah fonem atau bukan, kita harus mencari yang disebutpasangan minimal atau minimal pair, yaitu dua buah bentuk yang bunyinya mirip dan hanya sedikit berbeda. Umpamanya kita inginmengetahui bunyi [p] fonem atau bukan, maka kita cari, misalnya pasangan kata paku dan baku. Kedua kata ini mirip sekali. Masing-masing terdiri dari empat bunyi. Kata paku terdiri dari bunyi [p], [a], [k], dan [u]; sedangkan kata baku terdiri dari bunyi [b], [a], [k], dan [u]. jadi, pada pasangan paku dan baku terdapat tiga buah bunyi yang sama, yaitu bunyi kedua, ketiga dan keempat. Yang berbeda hanya bunyi pertama, yaitu bunyi [p] pada kata paku dan bunyi [b] pada kata baku.
Dengan demikian, kita sudah dapat membuktikan bahwa bunyi [p] dalam bahasa Indonesia adalah sebuah fonem. Mengapa? Karena kalau posisinya diganti oleh bunyi [b], maka maknanya akan berbeda. Sebagai sebuah fonem, bunyi [p] itu ditulis di antara dua garis miring menjadi /p/.
Apakah bunyi [b] pada pada pasangan kata paku dan baku itu juga sebuah fonem? Dengan sendirinya, bunyi [b] itu juga adalah sebuah fonem, karena kalau posisinya diganti oleh bunyi [p] atau bunyi [I] menjadi laku, maknanya juga akan berbeda.
Untuk membuktikan sebuah bunyi adalah fonem atau bukan dapat juga digunakan pasangan minimal yang salah satu angotanya “rumpang”. Artinya, jumlah bunyi pada anggota pasangan yang rumpang itu kekurangan satu bunyi dari anggota yang utuh. Misalnya, untuk membuktikan bunyi [h] adalah fonem atu bukan kita dapat mengambil pasangan [tuah] dan [tua]. Bentuk [tuah] memiliki empat buah bunyi, sedangkan bentuk [tua] hanya memiliki tiga  buah bunyi. Maka, kalau bunyi [h] itu ditanggalkan, makna kata itu akan berbeda. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bunyi [h] adalah sebuah fonem [h].
Bahasa Indonesia secara umum menggunakan system Grafem Latin. Grafem Latin memiliki 26 Alpabeta lepas. Jumlah Alpabeta latin yang dianut bahasa Indonesia dan fonem yang dimiliki bahasa Indonesia tidak sama. Bahasa Indonesai menganut system Grafem Latin dengan 26 Alpabeta, tetapi dari hasil penelitian ditumukan 32 buah fonem sebagai unit terkecil bunyi yang berfungsi membedakan arti.
32 Fonem resmi bahasa Indonesia :
• 6 buah fonem vokal : /a/, /i/, /u/, /e/,/o/, /?/.
• 3 buah fonem diftong : /oy/, /ay/, dan /ou/.
• 23 buah fonem konsonan : /p/, /b/, /m/, /t/, /d/, /n/, /c/, /j/, /n/, /k/, /g/, /n/, /y/, /r/, /l/, /w/, /s/, /s/, /t/, /f/, /h/, /x/, dan /?/.
Selanjutnya, fonem-fonem ini akan membentuk satuan, yaitu saku kata. Suku kata dapat diidentifikasi dengan jalan mengidentifikasi vokalnya karena fonem vokal merupakan puncak sonoritas (kenyaringan).
D.      Fonem-fonem resmi bahasa Indonesia
a.       Fonem Vokal
Nama-nama fonem vokal yang ada dalam bahasa Indonesia yaitu sebagai berikut:
1.      /i/ vokal depan, tinggi, tak bundar
2.      /e/ vokal depan, sedang, atas, tak bundar
3.      /a/ vokal depan, rendah, tak bundar
4.      /∂/ vokal tengah, sedang tak bundar
5.      /u/ vokal belakang, atas, bundar
6.      /o/ vokal belakang, sedang, bundar
Status fonem-fonem vokal itu dapat dibuktikan dengan pasangan minimal berikut ini:
Fonem
Posisi dalam kata
Awal
Tengah
Akhir
/i/
/e/
/a/
/∂/
/u/
/o/
ikan x akan
enak x anak
alam x ulam
∂raŋ x araŋ
udaŋ x adaŋ
onak x anak
makin x makan
raket x rakit
alih x alah
k∂ra x kira
kasur x kasar
kaloŋ x kalaŋ
dari x dara
sate x satu
para x pari
-
labu x laba
toko x tokoh

b.      Fonem Diftong
Fonem diftong yang ada dalam bahasa Indonesia adalah fonem diftong /ay/, diftong /aw/ dan diftong /oy/. Ketiganya dapat dibuktikan dengan pasangan minimal.
            /ay/ gulai x gula (gulay x gula)
            /aw/ pulau x pula (pulaw x pul )
            /oi/ sekoi x seka (skoy x seka)
c.       Fonem Konsonan
Nama-nama fonem konsonan bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
1. /b/ konsonan bilabial, hambat, bersuara
2. /p/ konsonan bilabial, hambat, tak bersuara
3. /m/ konsonan bilabial, nasal
4. /w/ konsonan bilabial, semi vokal
5. /f/ konsonan labiodentals, geseran, tak bersuara
6. /d/ konaonan apikoalveolar, hambat, bersuara
7. /t/ konsonan apikoaveolar, hambat, tak bersuara
8. /n/ konsonan apikoaveolar, nasal
9. /t/ konsonan apikoaveolar, sampingan
10. /r/ konsonan apikoaveolar, getar
11. /z/ konsonan laminoalveolar, geseran, bersuara
12. /s/ konsonan laminoalveolar, geseran, tak bersuara
13. /∫/ konsonan laminopalatal, geseran, bersuara
14. /ñ/ konsonan laminopalatal, nasal
15. /j/ konsonan laminopalatal, paduan, bersuara
16. /c/ konsonan laminopalatal, paduan, tak bersuara
17. /y/ konsonan laminopalatal, semivokal
18. /g/ konsonan dorsevelar, hambat, bersuara
19. /k/ konsonan dorsevelar, hambat, tak bersuara
20. /ŋ/ konsonan dorsevelar, nasal
21. /x/ konsonan dorsevelar, geseran, bersuara
22.  /h/ konsonan laringal, geseran, bersuara
23.  /?/ konsonan glottal, hambat
E.       Alofon

Alofon adalah pembedaan realisasi pelafazan fonem karena posisi yang berbeda dalam kata. Misalnya fonem /b/ dalam bahasa Indonesia dilafazkan pada posisi awal ("besar") dan tengah ("kabel") berbeda dengan fonem ini pada posisi akhir ("jawab").
Bunyi vokal [i] dan vokal [I] dua buah fonem  atau sebuah fonem. Kalau kita menggunakan cara dengan mencari pasangan minimal untuk kedua bunyi vokal itu dalam bahasa Indonesia ternyata sampai saat ini tidak ada. Yang menjadi kenyataan adalah bahwa kedua vokal itu, [i] dan [I] memiliki distribusi yang berbeda. Vokal [i] menempati posisi pada silabels (suku kata) terbuka, silabel yang tidak memiliki koda, sedangkan vokal [I] menempati silabel yang mempunyai koda. Simak:
Vokal [i] pada kata   [ini];    [titi]; dan   [isi]
Vokal [I] pada kata   [b∂nIh];   [batik]; dan   [tasIk]
Vokal-vokal yang menjadi anggota dari sebuah fonem, seperti [u] dan [U] untuk fonem /u/ disebut dengan istilah alofon. Dengan demikian kalau dibalik, bisa dikatakan alofon adalah anggota dari sebuah fonem atau varian dari sebuah fonem.
Dari pembicaraan tentang fonem dan alofon diatas, dapat dikatakan bahwa fonem merupakan konsep abstrak karena kehadirannya dalam ujaran dia diwakili oleh alofon yang sifatnya konkrit, dapat diamati (didengar) secara empiris.
F.   Fonem, Alofon, dan Ejaan
Kini akan kita bicarakan bagaimana hubungan fonem dan alofon dengan ejaan yang berlaku sekarang yang disebut Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
Pada dasarnya ejaan tidak lain dari konvensi grafis, yakni “perjanjian” di antara para penutur suatu bahasa untuk menuliskan bahasanya. Artinya, bunyi-bunyi bahasa yang seharusnya diujarkan, diganti dengan lambang-lambang grafis, yang disebut huruf, dan dilengkapi dengan tanda baca.
Bahasa Indonesia sama dengan kebanyakan bahasa-bahasa di dunia, menggunakan huruf latin atau abjad latin untuk menuliskan bahasanya. Tentunya dengan sistem dan aturan-aturan tersendiri, yang tidak sama dengan sistem aturan-aturan bahasa lain, meskipun sama-sama menggunakan abjad latin.
G. Manfaat Fonemik untuk Ejaan
Pengkajian bunyi bahasa dari segi fonemik yaitu dapat mengenali fonem-fonem yang ada dalam suatu bahasa, baik fonem segmental maupun fonem supresegmental. Dengan mengenali fonem-fonem bahasa yang dimaksud dapat bermanfaat dalam perkembangan ejaan atau tatatulis bahasa bersangkutan, terutama bagi bahasa yang menganut sistem tatatulis fonemis seperti bahasa Indonesia.
Sistem tatatulis fonemis yaitu sistem pelambangan atau penandaan satu fonem dengan satu huruf. Perlu pembaca ketahui bahwa bahasa-bahasa di dunia saat ini memiliki sistem tata tulis yang berbeda. Di antaranya saat ini ada empat macam sistem tatatulis yang dikembangkan, yaitu sistem piktograf, ideograf, silaba, dan fonemis. Paling awal simbol tulisan digunakan adalah bentuk piktograf, yaitu model pelambangan bahasa dengan menggunakan gambar-gambar yang melukiskan suatu kejadian atau peristiwa. Model sistem penulisan ini digunakan oleh orang-orang Indian Mexico. Dalam bahasa Indonesia pun ada digunakan model piktograf, seperti rambu-rambu lalu lintas. Perkembangan selanjutnya muncul simbol tulisan yang berbentuk ideograf atau logograf, yaitu model pelambangan bahasa dengan bentuk lambang atau tanda yang mewakili satu kata (satu pengertian), model ini digunakan dalam melambangkan bahasa-bahasa Tionghoa. Dalam bahasa Indonesia digunakan seperti dalam melambangkan bilangan (1,2,3, dan seterusnya). Kemudian, sistem pelambangan bahasa berikutnya yaiu menggunakan bahasa silabis, yaitu pelambangan bahasa dengan menggunakan satu lambang yang mewakili satu suku kata, misalnya digunakan dalam penulisan bahasa Jepang dan bahsa Arab. Perkembangan yang terakhir sistem pelambangan bahasa adalah menggunakan bentuk fonemis, yaitu sistem pelambangan dengan menggunakan satu lambang huruf untuk satu bunyi. Model terakhir ini digunakan dalam pelambangan tulisan bahasa Yunani, Latin, Jerman, dan lain-lain. Bahasa Indonesia menganut sistem penulisan fonemis.
Karena tatatulis atau ejaan bahasa Indonesia menganut sistem fonemis maka hasil kajian fonemik seperti diatas sangat berguna dalam perkembangan ejaan. Seperti hasil pengenalan terhadap fonem segmental sangat berguna dalam menetapkan lambang atau huruf-huruf yang akan digunakan, seperti yang dharapkan untuk satu lambang mewakili satu fonem. Walau kenyataanya prinsip satu lambang untuk satu fonem yang dikenal dengan sebutan sistem fonemis ini tidak bisa dilakukan secara penuh, karena ada pertimbangan praktis dan ekonomi.
Hasil pengenalan terhadap fonem supragsegmental dalam bahasa Indonesia dapat digunakan sebagai dasar penetapan kebakuan penggunaan tanda-tanda diakritik. Untuk menandai tekanan digunakan tanda penulisan dimiringkan, ditebalkan, atau penggunaan tanda kutip. Untuk nada digunakan tanda titik(.) jika nada berita, tanda tanya(?) jika nada tanya, dan tanda seru (!) jika nada perintah. Demikian untuk pemberhentian atau jeda digunakan tanda koma(,) atau tanda titik koma(;).
   











BAB III
SIMPULAN
 Di dalam kajian grafemik, terdapat beberapa sub-sub materi, yaitu : Grafem Fonem Bahasa Indonesia, Fonem, Alofon, dan Ejaan. Grafem adalah system pelambangan bunyi alih-alih disebut system ejaan,pada dasarnya grafem adalah huruf. Fonem adalah kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan makna. Grafem-grafem untuk  fonem-fonem  bahasa Indonesia yaitu grafem fonem vokal, grafem fonem diftong, dan grafem fonem konsonan. Pembagian fonem di dalam bahasa Indonesia yaitu : fonem vokal, fonem, diftong, dan fonem konsonan. Alofon adalah pembedaan realisasi pelafazan fonem karena posisi yang berbeda dalam kata. Misalnya fonem /b/ dalam bahasa Indonesia dilafalkan pada posisi awal (“besar”) dan tengah (“kabel”) berbeda dengan fonem ini pada posisi akhir (“jawab”). Penerapan kaidah kajian grafemik yaitu sesuai dengan ejaan yang berlaku sekarang yang disebut Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Karena tatatulis atau ejaan bahasa Indonesia menganut sistem fonemis maka hasil kajian fonemik  sangat berguna dalam perkembangan ejaan.















DAFTAR PUSTAKA
Heryadi, Dedi. 2014. Fonologi Bahasa Indonesia dalam Nuansa Pembelajaran.
Tasikmalaya.
Muslich, Masnur. 2014. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara
http://rudijunti20.blogspot.co.id/2016/11/mata-kuliah-fonologi-kajian.html

Related Posts

0 Response to "Fonologi - Pengertian Grafem"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel