Makalah Teori Belajar Bahasa Indonesia - Teori Behaviorisme
TEORI BEHAVIORISTIK
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Teori Pembelajaran
Oleh :
Kelompok 5
-
Fani Nurazmi (172121002)
-
Muhamad Irpan (172121007)
-
Ema Fitriani (172121033)
PROGRAM STUDI BAHASA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur milik Allah SWT. Hanya karena izin-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tak lupa kami panjatkan selawat
serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad saw. beserta keluarganya, para
sahabatnya, dan seluruh insan yang dikehendaki-Nya.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok
mata kuliah Lingustik Umum yang kami beri judul Teori Behavioristik.(Teori Belajar dalam
Bahasa Indonesia)
Dalam
makalah ini kami menguraikan mengenai pengertian Behavioristik, pandangan psikologi teori Behavioristik,
prinsip-prinsip teori Behavioristik, dan tokoh-tokoh aliran Behavioristik.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Karena itu kami mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun
demi perbaikan makalah mendatang. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat
dan memenuhi harapan. Aamiin
Tasikmalaya, Agustus 2017
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
B.
Rumusan Masalah
C.
Tujuan Penulisan
D.
Metode Pemecahan Masalah
E.
Sistematika
Penulisan
BAB
II PEMAPARAN
A.
Pengertian
teori pembelajaran Behavioristik
B.
Prinsip-prinsip
teori belajar Behavioristik
C.
Tokoh-tokoh
aliran Behavioristik
D.
Kekurangan
dan kelebihan teori Behavioristik
BAB
III KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Belajar merupakan sebuah proses
perubahan tingkah laku Individu. Belajar merupakan hal yang sangat penting dan
harus di jalani oleh setiap manusia. Dengan Pendidikan sesorang bisa membedakan
mana yang baik dan mana yang buruk,dengan pendidikan seseorang bisa membedakan
mana yang boleh dan mana yang tidak boleh, dan dengan Pendidikan juga seseorag
bisa merumuskan tujuan hidup.
Belajar yang di lakukan oleh
masing-masing Individu bisa di lakukan dengan banyak gaya. Penggunaan gaya di
maksudkan agar tujuan belajar dapat tercapai dengan baik. Dalam hal ini teori
juga bisa di kategorikan dalam gaya belajar seseorang. Ada banyak teori yang
berbicara tentang belajar yang salah satunya adalah teori belajar
Behavioristik.
Teori behavioristik dengan model hubungan
stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif.
Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau
pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Teori belajar behavioristic adalah teori yang memiliki konsep kunci bahwa setiap perilaku manusia bisa di manipulasi dan di kreasikan. Sangat banyak para ahli yang berbicara mengenai teori ini, di antaranya Ivan Pavlov, Skinner, Bandura, Thorndike,dll. Sebagai calon Pendidik sudah seharusnya kita menguasai secara mendalam teori belajar ini. Oleh sebab itu kami menulis sebuah makalah yang berjudul “Teori belajar behavioristik”.
Teori belajar behavioristic adalah teori yang memiliki konsep kunci bahwa setiap perilaku manusia bisa di manipulasi dan di kreasikan. Sangat banyak para ahli yang berbicara mengenai teori ini, di antaranya Ivan Pavlov, Skinner, Bandura, Thorndike,dll. Sebagai calon Pendidik sudah seharusnya kita menguasai secara mendalam teori belajar ini. Oleh sebab itu kami menulis sebuah makalah yang berjudul “Teori belajar behavioristik”.
B.
Rumusan
Masalah
Dalam makalah ini kami
membatasi permasalahan, yang bertujuan agar pengkajiannya lebih terarah dan
tepat sasaran. Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1.
Apa
pengertian teori Behavioristik ?
2.
Apa
saja prinsip-prinsip teori belajar Behavioristik ?
3.
Apa
saja teori dalam pandangan Behavioristik ?
4.
Apa
saja kekurangan dan kelebihan teori Behavioristik ?
C.
Tujuan
Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.
Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan teori Behavioristik.
2.
Untuk
mengetahui apa saja pandangan psikologi Behavioristik.
3.
Apa
saja prinsip-prinsip teori Behavioristik.
4.
Siapa
saja tokoh-tokoh aliran Behavioristik.
D.
Sistematika
Penulisan
Adapun sistematika penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut :
BAB I
PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II PEMAPARAN
Terdiri dari pengertian
teori Behavioristik, pandangan psikologi Behavioristik, prinsip-prinsip teori
Behavioristik, dan tokoh-tokoh aliran Behavioristik.
BAB III KESIMPULAN
DAN SARAN
Terdiri dari kesimpulan dan
saran
BAB
II
PEMAPARAN
A.
Pengertian Teori Belajar Behaviorisitik
Teori
behavioristik adalah teori beraliran behaviorisme yang merupakan salah satu
aliran psikologi. Teori belajar
behavioristik ini dikenal dengan sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman.
Menurut
teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain belajar merupakan
bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah
laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah
lakunya. Misalnya; siswa belum dapat dikatakan berhasil dalam belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial jika dia belum bisa/tidak mau melibatkan diri dalam
kegiatan-kegiatan sosial seperti; kerja bakti, ronda dll.
Menurut
teori ini yang terpenting adalah :
1.
Masukan atau input yang berupa
stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons.
Stimulus
adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa misalnya alat perkalian, alat
peraga, pedoman kerja atau cara-cara tertentu untuk membantu belajar siswa,
sedangkan respon adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang
diberikan guru tersebut. Teori ini juga mengutamakan pengukuran, sebab
pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadi tidaknya
perubahan tingkah laku tersebut.
2.
Penguatan (reinforcement)
Penguatan
adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Misalnya, ketika
peserta didik diberi tugas oleh guru, ketika tugasnya ditambahkan maka ia akan
semakin giat belajarnya, maka penambahan tugas tersebut merupakan penguatan
positif dalam belajar, begitu juga sebaliknya.
B. Prinsip-prinsip teori Behavioristik
Dalam
pembelajaran behaviorisme pembelajaran merupakan penguasan respons (Acquisition
of responses) dari lingkungan yang dikondisikan. Peserta didik haruslah melihat
situasi dan kondisi apa yang yang menjadi bahan pembelajaran.
Berikut
ini adalah prinsip-prinsip pembelajaran behavioristik menekankan pada pengaruh lingkungan
terhadap perubahan perilaku.
1. Menggunakan
prinsip penguatan, yaitu untuk menidentifikasi aspek paling diperlukan dalam
pembelajaran untuk mengarahkan kondisi agar peserta didik dapat mencapai
peningkatan yang diharapkan dalam tujuan pembelajaran.
2. Menidentifikasi
karakteristik peserta didik, untuk menetapkan pencapaian tujuan pembelajaran.
3. Lebih
menekankan pada hasil belajar daripada proses pembelajaran.
4. Dan
Skinner juga memuat dalam bukunya tentang prinsip-prinsip behavioristik,
berikut ini prinsip yang dikemukakan oleh skinner dalam bukunya yang berjudul
The Behavior of Organism.
Beberapa
prinsip Skinner:
1) Hasil belajar harus segera
diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat.
2) Proses belajar harus mengikuti irama dari
yang belajar.
3) Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
4) Dalam
proses pembelajaran, tidak digunkan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah,
untukmenghindari adanya hukuman.
5) Dalam
proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktifitas sendiri.
6)
Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah
diberikan dengan digunakannya jadwal variabel Rasio rein forcer.
7) Dalam pembelajaran digunakan shaping.
C. Tokoh-tokoh aliran teori
Behavioristik
Teori
belajar dalam pandangan behaviorisme ada tiga yaitu :
·
Teori
Pengkondisian Klasikal dari Pavlov
Classic conditioning ( pengkondisian atau persyaratan
klasik) adalah proses yang dikemukakan Pavlov melalui percobaannya terhadap
anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat
secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.
Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat
terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala kejiwaan seseorang
dilihat dari perilakunya.
Untuk memahami teori kondisioning klasik secara menyeluruh
perlu dipahami ada dua jenis stimulus dan dua jenis respon. Dua jenis stimulus
tersebut adalah :
a)
Stimulus yang tidak terkondisi (unconditioned stimulus-UCS), yaitu stimulus
yang secara otomatis menghasilkan respon tanpa didahului dengan pembelajaran
apapun (contoh: makanan).
b)
Stimulus terkondisi (conditioned stimulus-CS), yaitu stimulus yang sebelumnya
bersifat netral, akhirnya mendatangkan sebuah respon yang terkondisi setelah
diasosiasikan dengan stimulus tidak terkondisi (contoh : suara bel sebelum
makanan datang).
Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan
rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan
apa yang diinginkan.
Dalam bidang pendidikan, teori kondisioning
klasik digunakan untuk mengembangkan sikap yang menguntungkan terhadap peserta
didik untuk termotivasi belajar dan membantu guru untuk melatih kebiasaan
positif peserta didik.
·
Teori
Connetionisme Thorndike
Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya
asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan
respon (R).
Thorndike
menemukan hukum-hukum belajar sebagai berikut :
a) Hukum Kesiapan (law
of readiness), yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu perubahan
tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan
individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
b) Hukum Latihan (law of
exercise), yaitu semakin sering tingkah laku diulang/dilatih (digunakan), maka
asosiasi tersebut akan semakin kuat. Prinsip law of exercise adalah koneksi
antara kondisi (yang merupakan perangsang) dengan tindakan akan menjadi lebih
kuat karena latihan-latihan, tetapi akan melemah bila koneksi antara keduanya
tidak dilanjutkan atau dihentikan. Sehingga prinsip dari hokum ini menunjukkan
bahwa prinsip utama dalam belajar adalah ulangan. Makin sering diulangi, materi
pelajaran akan semakin dikuasai.
c) Hukum akibat (law of
effect), yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya
menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini
menunjuk pada makin kuat atau makin lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan.
Suatu perbuatan yang disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan
lain kali akan diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak
menyenangkan cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi.
·
Teori
Operant Conditioning dari B.F.Skinner
Konsep-konsep yang dikemukakan oleh Skinner tentang belajar
mampu mengungguli konsep-konsep lain yang dikemukakan oleh para tokoh
sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana dan dapat
menunjukkan konsepnya tentang belajar secara komprehensif. Menurut Skinner,
hubungan antara stimulus dan respons yang terjadi melalui interaksi dalam
lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah
sesederhana yang digambarkan oleh para tokoh sebelumnya.
Oleh
sebab itu, untuk memahami tingkah laku seseorang secara benar perlu terlebih
dahulu memahami hubungan antara stimulus satu dengan lainnya, serta memahami
respons yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin akan
timbul sebagai akibat dari respons tersebut.
Skinner
juga mengemukakan bahwa, dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai
alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah.
Sebab, setiap alat yang dipergunakan perlu penjelasan lagi,
demikian seterusnya. Dari semua pendukung teori behavioristik, teori
Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya. Program-program pembelajaran seperti
modul, dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan
stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement),
merupakan program-program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang
dikemukakan oleh Skinner.
a)
Penguatan (Reinforcement)
Menurut Skinner, untuk memperkuat perilaku
atau menegaskan perilaku diperlukan suatu penguatan (reinforcement). Ada
juga jenis penguatan, yaitu penguatan positif dan penguatan negative.
b)
Penguatan positif (positive reninforcement)
Didasari prinsip bahwa
frekuensi dari suatu respon akan meningkat karena diikuti oleh suatu stimulus
yang mengandung penghargaan. Jadi, perilaku yang diharapkan akan meningkat
karena diikuti oleh stimulus menyenangkan. Contoh, peserta didik yang selalu
rajin belajar sehingga mendapat rangking satu akan diberi hadiah sepeda oleh
orang tuanya. Perilaku yang ingin diulang atau ditingkatkan adalah rajin
belajar sehingga menjadi rangking satu dan penguatan positif/stimulus
menyenangkan adalah pemberian sepeda.
c)
Penguatan negatif (negative reinforcement)
Didasari prinsip bahwa
frekuensi dari suatu respon akan meningkat karena diikuti dengan suatu stimulus
yang tidak menyenangkan yang ingin dihilangkan. Jadi, perilaku yang diharapkan
akan meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang tidak
menyenangkan. Contoh, peserta didik sering bertanya dan guru
menghilangkan/tidak mengkritik terhadap pertanyaan yang tidak berkenan dihati
guru sehingga peserta didik akan sering bertanya. Jadi, perilaku yang ingin
diulangi atau ditingkatkan adalah sering bertanya dan stimulus yang tidak
menyenangkan yang ingin dihilangkan adalah kritikan guru sehingga peserta didik
tidak malu dan akan sering bertanya karena guru tidak mengkritik pertanyaan
yang tidak berbobot/melenceng.
d)
Hukuman
Hukuman (punishmen) yaitu suatu
konsekuensi yang menurunkan peluang terjadinya suatu perilaku. Jadi, perilaku
yang tidak diharapkan akan menurun atau bahkan hilang karena diberikan suatu
stimulus yang tidak menyenangkan. Contoh, peserta didik yang berperilaku
mencontek akan diberikan sanksi, yaitu jawabannya tidak diperiksa dan nilainya
0 (stimulus yang tidak menyenangkan/hukuman). Perilaku yang ingin dihilangkan
adalah perilaku mencontek dan jawaban tidak diperiksa serta nilai 0 (stimulus
yang tidak menyenangkan atau hukuman).
Perbedaan antara penguatan negatif dan hukuman
terletak pada perilaku yang ditimbulkan. Pada penguatan negatif, menghilangkan
stimulus yang tidak menyenangkan (kritik) untuk meningkatkan perilaku yang
diharapkan (sering bertanya). Pada hukuman, pemberian stimulus yang tidak
menyenangkan nilai 0 untuk menghilangkan perilaku yang tidak diharapkan
(perilaku mencontek).
D. Kekurangan dan kelebihan teori
Behavioristik
·
Kelebihan
a)
Membisakan guru untuk bersikap jeli dan peka terhadap
situasi dan kondisi belajar.
b)
Guru tidak membiasakan memberikan ceramah sehingga
murid dibiasakan belajar mandiri. Jika murid menemukan kesulitan baru
ditanyakan pada guru yang bersangkutan.
c) Mampu
membentuk suatu prilaku yang diinginkan mendapatkan pengakuan positif dan
prilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negative yang didasari pada
prilaku yang tampak.
d)
Dengan melalui pengulangan dan pelatihan yang
berkesinambungan, dapat mengoptimalkan bakat dan kecerdasan siswa yang sudah
terbentuk sebelumnya. Jika anak sudha mahir dalam satu bidang tertentu, akan
lebih dapat dikuatkan lagi dengan pembiasaan dan pengulangan yang
berkesinambungan tersebut dan lebih optimal.
e)
Bahan pelajaran yang telah disusun hierarkis dari yang
sederhana sampai pada yang kompleks dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam
bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu
mampu menghasilakan suatu prilaku yang konsisten terhadap bidang tertentu.
f)
Dapat mengganti stimulus yang satu dengan stimuls yang
lainnya dan seterusnya sampai respons yang diinginkan muncul.
g)
Teori ini cocok untuk memperoleh kemampuan yang
membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsure-unsur kecepatan,
spontanitas, dan daya tahan.
h) Teori
behavioristik juga cocok diterapakan untuk anak yang masih membutuhkan dominasi
peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru, dan suka
dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung.
·
Kekurangan
a) Sebuah konsekwensi untuk menyusun
bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap.
b) Tidak setiap
pelajaran dapat menggunakan metose ini.
c)
Murid berperan sebagai pendengar dalam proses
pembelajaran dan menghafalkan apa di dengar dan di pandang sebagai cara belajar
yang efektif.
d)
Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para
tokoh behavioristik justru dianggap sebagai metode yang paling efektif untuk
menertibkan siswa.
e)
Murid dipandang pasif, perlu motifasi dari luar, dan
sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan oleh guru.
f)
Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelsan dari
guru dan mendengarkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang
efektif sehingga inisiatf siswa terhadap suatu permasalahan yang muncul secara
temporer tidak bisa diselesaikan oleh siswa.
g)
Cenderung mengarahakan siswa untuk berfikir linier,
konvergen, tidak kreatif, tidak produktif, dan menundukkan siswa sebagai
individu yang pasif.
h)
Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru(teacher
cenceredlearning) bersifat mekanistik dan hanya berorientasi pada hasil yang
dapat diamati dan diukur.
i)
Penerapan metode yang salah dalam pembelajaran
mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang tidak menyenangkan bagi
siswa, yaitu guru sebagai center, otoriter, komunikasi berlangsung satu arah,
guru melatih, dan menentukan apa yang harus dipelajari murid.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Teori behavioristik merupakan teori yang
menggunakan hubungan stimulus-responnya dan menganggap orang yang belajar
sebagai individu yang pasif. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab
pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya
perubahan tingkah laku tersebut.
Diantara tokoh-tokoh aliran
behavioristik, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap
perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti
Teaching Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program
pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons,
merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan
Skiner.
Teori behavioristik tidak mampu
menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal
yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau belajar yang dapat diubah menjadi
sekedar hubungan stimulus dan respon. Pandangan behavioristik juga kurang dapat
menjelaskan adanya variasi tingkat emosi pebelajar, walaupun mereka memiliki
pengalaman penguatan yang sama.
Penerapan teori behaviroristik yang
salah dalam suatu situasi pembelajaran mengakibatkan terjadinya proses
pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai
central, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan
menentukan apa yang harus dipelajari murid.
Metode behavioristik ini sesuai untuk
perolehan kemampaun yang membutuhkan praktek dan pembiasaan juga sesuai
diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang
dewasa.
B. Saran
Berdasarkan
kesimpulan di atas, penulis menyarankan kepada para pembaca khususnya kepada
mahasiswa yang mengambil jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesiajenjang
S1 untuk dapat meningkatkan pemahamannya mengenai Teori Behavioristik guna
terwujudnya pelaksanaan proses pembelajaran yang baik khususnya pembelajaran
bahasa di Sekolah.
Kami pun
menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh sebab itu kami
menyarankan kepada para pembaca untuk tetap terus menggali sumber-sumber yang
menunjang terhadap pembahasan makalah ini untuk perbaikan yang akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
0 Response to "Makalah Teori Belajar Bahasa Indonesia - Teori Behaviorisme"
Post a Comment